kompleksitas serta keberagaman sosial masyarakat
sekarang. Sangat sulit menyatukan berbagai macam ego menjadi satu misi serta
visi guna mencapai sebuah goal. Kerasnya hidup penuh berbagai masalah
yang ada sekarang ini, harus disikapi dengan sikap bijaksana serta kerja keras
tanpa lelah. Pengalaman-pengalam yang dilaluhi serta dijalani bisa menambah
kedewasaan berpikir. Tidak mudah goyah serta panik untuk mempertahankan sebuah
ide atau ideologi. Kritikan demi kritikan, dengan segala model dan bentuknya
mampu di hempaskan tanpa menimbulkan masalah sosial lagi. Ini sepenggal
gambaran manusia tangguh yang mampu menerima amanah yang besar dikemudian hari.
Akan sangat berbeda!!!
orang yang selalu didera masalah dari pada mereka yang asik dengan gelimangan
kesenangan. Membentuk pribadi yang digadang-gadang demi menyambut tongkat estafet
kepemimpinan masa depan. Sosok ini akan muncul dengan kepercayaan sangat
meyakinkan dan bisa dijadikan panutan. Kasus dalam sosial masyarakat sudah
banyak memberikan gambaran sekaligus contoh dijadikan referensi sebagai bahan
kajian selanjutnya. Jika ini berhasil dan disikapi dengan positive thinking,
bisa dipastikan akan lahir sosok kesatria Oentorejo dan Oentoseno yang mengalir
darah jawara Werkudoro. Banyak kalangan yang ciut nyalinya apabila berhadapan
dengan dua sosok tersebut yang diangkat dalam cerita wewayangan Jawa. Walaupun
sebuah ilustrasi wayang, namun masih dijadikan ajimat yang mulia serta patokan
hidup bagi si pemikir.
Jangan pernah menjadikan cacian serta makian yang
berwujud kritikan tentang kekurangan diri menjadi putus asa (hopeless).
Pahitnya rasa bukan berarti racun mematikan. Terkadang jamu/suplemen yang mampu
membangkitkan gairah hidup untuk ikut gabung dalam kehidupan. Sebaliknya, rasa
manis jangan diartikan sebagai cita rasa yang selalu meyehatkan! Tentu persepsi
yang salah. Pahit dan manis adalah dua hal yang berbeda dengan saling menempati
kuadran yang berbeda-beda pula. Pahitnya daun teh bisa menciptakan tubuh jadi
segar dengan terhindar dari penyakit diabetes serta diare. Mereka yang bijak
tidak akan fokus pada rasa pahitnya, tetapi efek pengalaman yang diterima. Akan
mustahil jika Allah SWT menurunkan manusia di muka bumi tanpa ada ujian atau
rasa pahit. Dibalik semua itu akan ada hadiah untuk dipersiapkan bagi mereka
yang mampu melaluhi kepahitan-kepahitan tersebut.
Implementasi konkritnya adalah sebagai berikut: tidak
mudah menjadi pemimpin yang berpegang teguh terhadap kode etik. Kode etik yang
dimaksud bisa dalam aturan yang tertulis atau norma masyarakat yang tidak
tertulis namun menjadi budaya. Banyak rintangan serta halangan yang akan datang
silih berganti menguji kesabaran serta integritas yang dimiliki. Sikap waspada
dan selalu ingat akibat dari perbuatan yang negative. Pepatah jawa mengatakan
dengan tegas “sak bejo-bejone wong sing bejo, sek luwih bejo wong sing iling
lan was podo” (seuntung-untunya orang yang beruntung, masih lebih beruntung
orang yang selalu ingat dan waspada). Ingat yang dimaksud adalah pada sang maha
Pencipta. Sementara sikap waspada di persiapkan dalam mengadapi segala ujian
hidup terutama dari lingkungan.
Sikap waspada ini juga mampu mendobrak rasa pahitnya teh
menjadi butiran-butiran yang mampu merekontruksi sebuah kekuatan. Bayangkan di
pagi hari yang dingin dan cerah oleh sebab pancaran sang surya sambal meneguk
secangkir kopi pahit. Senyum kedewasaan akan menghiasi wajah yang ikhlas dengan
senyum manisnya. Pahitnya rasa akan mampu dirubah manisnya senyuman. Jangan
patah arang dalam berbuat baik untuk orang lain. Guru akan mencari cara dan teknik
yang jitu dalam membina serta mendidik siswa-siswinya untuk mewujudkan impian.
Begitu pula sosok pimpinan sejati akan selalu mendahulukan kepentingan rakyat
demi tercipta rasa adil dan kesejahteraan. Sekarang sikap kita akan menentukan
rasa itu akan beriubah menjadi lebih baik dan memberikan dampak bermanfaat jika
kita sabar menerimanya. Tetapi jika sebaliknya, maka kita akan kalah dan
terkungkung di kaki sendiri dengan rasa yang menusuk.
Oleh karena itu tidak ada alasan untuk tidak melakukan
hal-hal kecil, tapi bermanfaat bagi lainnya. Sosok seorang kiai sejati KH.
Nawawi bin Abdul Djalil adalah pribadi yang selalu menempatkan diri dengan
selalu menghormati sesama manusia. Kharisma yang terpancar dari wajahnya yang
teduh, akan selalu menjadikan siapa pun selalu merindukan kehadirannya.
Walaupun tidak 100% seperti beliau, namun beberapa kepribadiannya bisa
dijadikan acuan bersosial masyarakat. Tetap menjadi diri dengan tidak menjadikan
diri bermental hipokrit alias ganda. Dengan tekat akan selalu berkontribusi
untuk bangsa dengan tetap pada profesi masing-masing. Beragam namun satu tujuan
tentunya akan membangun sinergisitas dan menghasilkan daya yang luar biasa
sebagai pendobrak kemungkaran. Jika lingkungan kita anggap sebuah cangkir, rasa
pahit adalah sikap dan kopinya adalah masyarakat. Maka pandai-pandailah kita mengolah
rasa tersebut agar tercipta kedamaian dan kesentosaan. Semoga kita menjadi
pribadi unggul yang selalu dirundukan orang lain. Amin
0 komentar:
Posting Komentar