(Fitnah
dalam Keluarga Pendawa)
SAIFUL
ARIF
Praktisi
Pendidikan & Pendidik
Srikandi yang saat itu berjaga telah mendengar raungan
suara dewi Sembrada dari balik taman. Segera dia bergerak untuk melihat situasi
di dalam taman. Betapa terkejutnya Srikandi melihat tubuh Sembrada yang
tergeletak bersimbah darah. Mata Srikandi melirik ke tengah taman untuk mencari
siapa pelakunya. Sementara Burisrawa yang sembunyi di balik pohon tanpa dia
sadari menginjak ranting kering hingga bunyinya didengar oleh Srikandi.
Srikandi pun mengarahkan panahnya ke arah pohon tersebut. Dengan kecepatan bergerak
Burisrawa meloncat ke samping hingga lolos dari hujaman anak panah Srikandi.
Jasad dewi Sembrada pun dibawah keistana dan dihadapkan pada para Pendawa yaitu
Arjuna, Bima, Yudistira, Nakula, Sadewa dan Dewi Srikandi. Hati Arjuna sangat
terpukul sekali hingga memerintahkan untuk mencari siapa pembunuhnya. Mereka
menyebar ke segala penjuru, namun tidak diketemukan juga pembunuh Sembrada.
Akhirnya mereka mendatangkan dewa Kresna untuk meminta
saran dan masukan tentang kejadian tersebut. Hasil kesepakatannya yaitu menaruh
jasad Sembrada ke dalam perahu untuk di larungkan ke Sungai Gangga. Siapa saja
yang menghentikan dan membawa jasad Sembrada, dialah pembunuhnya. Maka
rencana itu pun dilakukan dan disepakati oleh para Pendawa. Saat yang bersamaan
juga, Gatut kaca diperintahkan oleh dewa Kresna terbang mengawasi laju jasad
Sembrada di Sungai gangga tersebut. Tanpa menunggu lama Gatut Kaca pun terbang
dan melakukan pengawasan dari angkasa pada jasad tersebut.
Dilain tempat, rupanya Antareja sedang melakukan
perjalanan di dalam air untuk mencari siapa ayah dirinya. Perjalanan yang
melelahkan dan sangat jauh sekali, kemudian dikhiri naik ke permukaan air.
Tanpa dia sadari ternyata sudah berada dipermukaan sungai Gangga. Dia melihat
dari kejauhan benda yang aneh meluncur ke arahnya. Dengan kekuatan berenang,
dia menuju ke benda yang dimaksud. Betapa terkejutnya ternyata isi dari perahu
tersebut adalah jasad seorang perempuan yang meninggal. Maksudnya dia ingin
menolong jasad tersebut. Tetapi dari angkasa Gatut Kaca sudah melihat kejadian
tersebut hingga dia langsung melesat turun menyerang Antareja. Naluri
kesatrianya merasakan jika ada serangan dari udara. Perkelaihan pun tidak bisa
dihindarkan dan berlangsung sengit. Tidak ada yang kalah atau pun yang menang
dalam pertarungan tersebut. Dewa Kresna turun untuk melerai keduanya. Lalu dewa
Kresna pun mengatakan jika mereka berdua adalah saudara dari ayah yang Bernama Werkudara
atau Bima. Mereka sadar dan saling memafkan satu denan lainnya. Antareja
kemudian mendekati jasad Sembrada memberikan air suci ke tubuhnya hingga dengan
izin yang maha kuasa dewi Sembrada pun hidup kembali. Sembrada menceritakan
jika meninggalnya karena ingin menjaga harga diri dari bujukan Burisrawa untuk
diajak selingkuh. Sebrada menghujamkan keris Burisrawa ke perutnya hingga
tewas.
Kehadiran Antareja ditengah-tengah keluarga Pendawa
telah memberikan kebahagiaan yang baru, demikian pula sebaliknya dengan
Antareja. Perjalananya mencari sang ayah kini telah berakhir pula. Namun
kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, mengingat dia harus mencari pembunuh
Sembrada. Dengan ajian yang dimiliki Antareja yaitu merubah diri menjadi
Sembrada akan mudah mencari Bursirawa nantinya. Perjalan pun di lanjutkan
dengan ajian amblas bumi yang menjadi andalannya.
Ksah tersebut sangat inspiratif dan penuh filosofi
pemahaman hidup. Oleh sebab itu kita diharuskan bijak dalam mengartikan serta
menghayati maksud isi ceritanya. Masih sangat kami sadari jika tidak semua
orang mampu melakukan semua itu terlebih mereka yang tidak menyukai membaca,
lebih-lebih menonton wayang yang dianggap menjenuhkan. Silahkan anda tafsiri
bagaimana akhir dari cerita petualangan Antareja mencari pembunuh sang bibinya?
Apakah berakhir dengan pembunuhan sebab karena dendam, atau memaafkan saja agar
masalah cepat selesai. Wassalam…
0 komentar:
Posting Komentar