Penulis : SAIFUL ARIF
Penyuluh Anti Korupsi
FPAK GTK RI MADRASAH
JAWA TIMUR Penyuluh Anti Korupsi
Relawan
Integritas Anti Korupsi
“Minazh-Zhulumaati ilan-Nuur“ dalam bahasa Arab tersebut, tidak lain, merupakan inti dari
dakwah Islam yang artinya: membawa manusia dari kegelapan (jahiliyyah atau
kebodohan) ke tempat yang terang benderang (petunjuk, hidayah atau kebenaran) Seharusnya Judul Buku R.A. Kartini
DARI GELAP MENUJU CAHAYA
BUKAN
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Mencoba menelusuri jejek rekam sejarah melaluhi beberapa literasi yang memuat sejarah Kartini baik dari sisi religious atau sisi sosial kemasyarakatan. Banyak sumber yang bisa dijadikan acuan tentang sejarah hidup dan kehidupan putri cantik dari bupati Jepara ini. Dalam jejak rekam sejarah saya juga tidak menyangka jika Kartini adalah murid dari kiai Sholeh Darat secara tidak langsung. Fenomena judul buku atau lebih tepat portofolio surat-suratnya Kartini Habis Gelap terbitlah Terang ini apakah sebuah konsep yang sudah nyata atau justru masih dalam impian saja. Lalu dari mana Kartini menemukan kalimat tersebut yang seolah-olah mengajak lingkungannya melakukan perubahan peradaban seperti skala revolusi. Menjadi sebuah tanda Tanya besar saya sebagai Guru juga penulis untuk mengkaji seberapa dalam kalimat tersebut berpengaruh dalam dunia kita seperti sekarang ini. Apakah sosok Kartini BERINTEGRITAS dalam hidupnya dan selalu berpegang teguh nilai-nilai kebenaran yang dia yakini?.
Siapa Raden Ajeng (RA) atau ada
pula yang menyatakan Raden Ayu Kartini? Lahir di Jepara, Hindia Belanda pada 21
April 1879, dan dalam usia 25 tahun menghembuskan nafas terakhir di Rembang, 17
September 1904. Putri ketiga Bupati Jepara, dikenal sebagai pelopor kebangkitan
perempuan pribumi di masa kolonial, hingga perkenalan dengan Islam lewat KH Shaleh
Darat, yang merupakan guru KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari, dua permata
nusantara pendiri ormas Islam terbesar, Muhammadiyah dan Nadhlatul Ulama (NU)
Saya
mencoba memulai tulisan ini dari penggalan ayat Al qur’an yaitu “Minazh-Zhulumaati
ilan-Nuur“. Mengapa
demikian, perlu kita luruskan jika kalimat Habis Gelap Terbitlah terang yang
dimaksudkan oleh kita adalah “memperjuangkan
kesamaan hak antara Perempuan dengan Pria tentang pendidikan”, maka perlu
pengkajian literasi lebih mendalam lagi. Pendidikan adalah salah satu wadah
merubah pola pikir manusia untuk bisa berpikir lebih baik lagi dan juga simbol
rontoknya kebodohan menuju kecerdasan pikiran manusia. Kalimat habis gelap
terbitlah terang muncul dari kitab yang bernama Faidh al-Rahman fi Tafsir Al-Qur’an terjemahan Al qur’an dari surat Al fatekha
sampai surat Ibrohim (sebanyak 13 Juz), Kitab tersebut hadia dari kiai Sholeh
Darat guru spiritual Kartini saat berkunjung memenuhi undangan pamannya seorang
bupati Demak.
Singkat cerita bahwa Kartini terinspirasi dari
kitab tersebut dan setiap hari membacanya hingga dia menemukan kalimat dalam Al
qur’an Surat Al-Baqarah ayat 257 yang mencantumkan, bahwa Allah-lah yang telah membimbing orang-orang
beriman dari gelap kepada cahaya (Minadh-Dhulumaati ilan Nuur). Kartini
terkesan dengan kalimat Minadh-Dhulumaati
ilan Nuur yang berarti DARI GELAP
KEPADA CAHAYA karena ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya.
Karttini pun mencoba menulis surat kepada sahabatnya dari Belanda yang telah
menemukan sejatinya hidup melaluhi kajian kitab yang diberikan oleh sang guru
tidak lain adalah kiai Sholeh Darat. Surat yang ditujukan pada sahabatnya JH Abendanon, Kartini banyak sekali mengulang-ulang
kalimat “Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. Sayangnya, istilah “Dari Gelap Kepada
Cahaya” yang dalam Bahasa Belanda “Door
Duisternis Tot Licht” menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan
Armijn Pane dengan kalimat “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Kini menjadi sangat jelas sekali bahwa sebanarnya kalimat HABIS GELAP TERBITLAH TERANG adalah
tafsiran yang kurang “PAS” dan seharusnya DARI
GELAP MENUJU CAHAYA seperti apa yang tertulis dari penggalan ayat Al Qur’an
surat Al baqoroh 257 tersebut. Menurut saya pribadi bahwa jika kita katakana terang
adalah sebuah akibat karena sebab adanya cahaya. Substansi cahaya itulah yang
membuat ruangan menjadi terang. Jadi obyek primernya adalah cahaya sementara
obyek sekundernya adalah terang. Jadi sejarah harus diluruskan dengan kajian
yang lebih mendalam oleh para tokoh-tokoh agama tentunya. Selain darifak ta
tadi juga fakta lain adalah R.A. Kartini adalah
santri seperguruan dengan Kyai Dahlan (Pendiri Muhammadiyah) dan Kyai Hasyim
Asy’ari (Pendiri NU). Ketiga-tiganya adalah asuhan Kyai Sholeh Darat, Semarang.
Jika Kyai Hasyim Asy’ari begitu besar rasa nasionalis terhadap negeri dan tanah
air hingga mampu mengusir penjajah dari bumi Surabaya dalam peristiwa 10
Nopember 1945 yang lalu. Demikian pula dengan Kartini yang juga memperjuangkan
peradaban pendidikan yaitu persamaan hak dan kewajiban perempuan dengan pria
dalam mengenyam pendidikan. Ketiga tokoh ini menjadi pejuang bangsa dengan
model perjuangan yang berbeda tetapi satu tujuan yaitu untuk perubahan menjadi
lebih baik lagi.
selengkapnya anda bisa download artikelnya di sini
#menanglawankorupsi
#beranijujurhebat
0 komentar:
Posting Komentar