JOKOWI PANCEN OYE, LOCKDOWN NO WAY
Ditulis : Saiful Arif PAK
: Penyuluh Anti Korupsi
Rasanya ingin saya
ungkapkan semuanya tentang kehebatan sosok pemimpin kita saat ini. Betapa tidak,
berbagai macam isu yang memojokan, memfitnah dan bahkan nyinyir bicara tanpa
fakta dan data yang akuntable. Namun semangat beliau dalam menghadapi isu-isu
nasional dan bahkan isu internasional pun beliau hadapi dengan cara yang arif
dan santun. Saya yakin beliau adalah sosok pribadi budaya jawa yang selalu
mengedepankan akhlak dan tata krama (budi pekerti). Pidato beliau di acara GM
Jokowi memberikan jawaban dari berbagai macam isu yang telah dilekatkan pada
dirinya. Mulai dari isu “Anak PKI”, isu “Antek Asing” dan yang
lainnya yang sangat menusuk batin dan perasaannya.
Beban berat tidak hanya
dipikul dipundaknya tentang tugas-tugas negara ini, namun beban secara moral
dan spiritual sepeninggalan ibunda tercinta Sujiatmi Notomiharjo bagaikan duka yang
mendalam dan tiada tara. Pemakaman ibunda tercinta pun tidak ada acara khusus
untuk mengawal kepergian ibunda tercinta. Bahkan beliau sendiri yang memakamkan
bersama keluarga untuk menepis isu tentang kejadian nasional yaitu merebaknya
wabah pandemic CONVID 19 yang harus menerapkan system social distant
atau jaga jarak antar manusia lainnya.
Kasus virus corona ini semakin lama bagaikan bola
salju yang menggelinding kearah negeri tercinta. Bukannya semakin meredah dan
kecil, namun semakin besar dan liar, seliar mereka yang sengaja ingin membuat
negeri ini kacau tak terkendali. Bahkan jika perlu penetapan aturan pemerintah
ini akan menyebabkan terjadinya chaos seperti di negara lainnya yaitu India. Kekacauan
dan huru-hara terjadi juga dinegara seperti Italia. Negara yang terkenal dengan
ekonomi yang kuat dengan tingkat Pendidikan tinggi yang mumpuni. Namun dengan adanya
kasus virus corona ini sekarang menjdi negara yang kacau bahkan Bar-Bar yang
sulit diatur.
Kasus menjangkitnya virus corona ini telah banyak
negara-negara lainnya membuat keputusan yang tidak masuk akal. Tetapi harus
diambil untuk mengantsipasi penyebaran yang luas dan massive. Saudi Arabia
contohnya yang mengisolasi diri untuk beberapa pekan kedepannya agar kontak
fisik antar sesama bisa dihindari yaitu menggunakan sisitim LockDoown. Mungkin di
negara-negara sebagian di bumi ini bisa menerapkannya karena masyarakatnya
mempunyai tingkat kesabaran dan kepedulian tinggi. Bahkan jika dilihat lebih
mendalam lagi yaitu ekonomi yang kuat. Sehingga walaupun mereka tidak bekerja,
namun masih bisa bertahan dengan tabungan mereka di Bank-Bank tertentu. Lalu, bagaimana
dengan Indonesi?
Presiden Jokowi telah berbikir dan berliterasi
dari beberapa Menteri luar negerinya yang selalu mengamati perkembangan virus
corona ini. Untk mengambil kebijakan secara Holistik atau komprehensip pada
sebuah negara seperti Indonesia tentu sebuah hal yang sangat sulit sekali. Maka
melaluhi teleconference dengan para bupati dan wali kota se Indonesia
mengingatkan bahwa jangan sampai pengambilan kebijakan akan membawa dampak buruk
bagi yang lainnya. Kebijkan yang diambilnya dalam kasus CONVID 19 ini harus
benar-benar dihitung tentang kerugian berapa banyak tukang becak yang nganggur,
berapa banyak kuli bangunan yang tak berpenghasilan lagi, para petani (tak
mampu pergi ke sawah) dan lain sebaginya. Maka Jokowi selalau berpikiran demikan.
Sebab jika dilakukan isi LockDown maka secara otomatis peraturan keluar rumah
adalah harus diterapkan dengan segala resiko dan konskuensinya. Kondisi seperti
ini yang mengharuskan semua orang tetap tinggal dirumah tanpa melakukan
aktivitas tertentu kecuali diam dan diam sampai batas pengumman dicabutnya
peraturan LockDown tersebut.
Jokowi telah melakukan hitungan secara rinci sekali dampak
dari implementasi LockDwon tersebut akan terjadi turunnya laju pertumbuhan
ekonomi. Sector pengadaan barang dan produksi akan banyak terganngu karena
tidak ada pekerja yang masuk kerja akibat peraturran Lockdown tersebut. Dari sisi
sosial masyarakat bahwa tidak mungkin bisa memuaskan pihak lainnya. Mereka kaum
rakyat kecil menggantungkan dirinya pada suatu pekerjaan harian agar mereka
bisa makan dan punya uang. Bayangkan jika pemerintah mengingikan cara
demiakian. Maka banyak rakyat kita yang kelaparan dan bebuat Bar- Bar alias
berbuat jahat dengan melakukan penjarahan pada kebutuhan pokok yang sanagt
dibutuhkannya. Namun, tanpaknya berbeda dengan politikus dari Gerinda Fadli Zon
yang mengatakan bahwa Indonesia perlu menerapkan sistim LookDown karena keadaan
sudah darurat. Ucapan kadang memang tak sama dengan niat hati yang tulus dan
baik. Rupanya ada udang dibalik rempeyek yang sering bikin pernyataan
kontroversial dengan presiden Jokowi. Isu tentang gaya pidato pesiden pun tak
luput dari gaya yang meniru gaya Prabowo yang selalu berapi-api dalam penyampainnya.
Padahal saat itu presiden begitu geram melihat tingkah laku beberapa politisi
yang secara sengaja ingin merusak keharmonisan bernegara dan bebangsa. Lontaran
pernyataan yang kadang berbenturan dengan fakta yang ada telah menggiring opini
public untuk membenci kebijakan-kebijakan pemerinth saat ini.
Biduk layer perahu Jokowi sudah lama diatur untuk memasang
para tokoh bangsa yang siap melakukan bersih-bersih di setiap sectoral ataupun
setruktural keperintahan menuju Indonesia bersih dn maju. Jokowi sadar jika
Lockdown diterapkan maka akan terjadi benturan tiga hal yaitu Sosial, kultural
dan spiritual. Secara sosial adalah bahwa negara kita mempunyai ciri khas soaial
yang berbeda-beda dengan negara lainnya. Misalnya tentang kedisiplinan atu
ketepatan waktu, ketaatan peraturan pemerintah dan bahkan tingkat Pendidikan. Oleh
karena itu mustahil menerapkan sistim negara lain untuk dilakukan di negara
kita. Slogan bangsa kita adalah kita butuh orang lain. Sementara sisi kultural
atau budaya sangat berbeda pula. Budaya yang ingin selalu mendahulukan kepentingan
orang lain sangatlah melekat di budaya orang timuur ini seperti Indonesia.
ingin selalu bertemu dan bertegur sapa dengan yang lainnya. Bahkan ingin setiap
saat bercengkrama dengan tetangga tu ngobrol yang lainnya. Dari sisi relegius
adalah banyaknya aliran agama kita yang selalu menggunakan metode berkumpul
untuk melakukan kontak menyampaikan sesuatu dengan caraa bertatap muka (face to
Face). Tidak mungkin mengajurkan tidak berkupulnya jamaah dalam melakukan
aktivitasnya seperti pengajian bersama-sama. Jika hal ini dilakukan maka secara
syariat juga tidak benar salain itu bagi
para jamaah tentu ini sangat ironis dan menyedihkan dan harus dilawan untuk
mengembalikan hak para warga yang melakukan aksi kumpul bersama dalam cara
keagaaman. Masyarakat yang di suruh diam dirumah tidak melakukan aktivitas
pekerjaan tidak akan dapat penghsilan untuk mencukupi bagi keluarganya.
Maka denga relitas yang ada sampai sekarang adalah mem
biarkan masyarakat bekerja seadanya dengan tetap jaga jaak dengan yang lainnya.
Langkah dan upaya ini pun diterapkan pada para pekerja di seluru tanah air
kita. Mereka adalah penggerak roda perekonomian kita yaitu para buruh-buruh
pabrik. Jika mereka di lockdown, apa yang terjadi?. Perusahaan macet produksi
dan menghasilkan barang konsumsi yang sangat dibutuhkan oleh masyrakat sekitarnya.
Perusaan akan dirugikan milyaran rupiah jika perusaanya tidak broperasi beberapa
hari jika kebijakan lockdown ini diberlakukan. Untung bapak Jokowi dapat
memahami isi ini sejak lama sekali. Jangan sampai kebijakan lockdown
mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi yang sekarng kita rasakan walupun tidak
terlalu signifikan. Perusahaan juga tidak terlepas dari faktor pekerja pabrik. Jika
pakerja adalah salah satu faktor dari berdirinya perusahaan tentu ini merupakan
sklala prioritas. Maka keputusan untuk melakukan sistim Lockdown di Indonesia
karena kasus CONVID 19 ini “DITOLAK” oleh presiden kita sebagai
antisipasi akan terjadi penurunan di sector pendapatan per kapita oleh negara
kita dan juga penurunan pendapatan ditingkat keluarga.
Kebijakan presiden tidak hanya cukup itu saja untuk membuat
negeri ini kondusif dari opini-opini miring para pembenci pemerintah sekarang
yaitu memberikan keringanan jangka waktu pembayaran suku bunga pembelian barang
atau property kepada masyarakat selama setahun. Dilarangnya perusahaan menggunakan
jasa penagihan kepada para pembeli (masyarakat). Sementara itu, Jokowi juga
memberika pembayaran listrik secara “GRATIS” bagi masyarakat miskin dan
menegah yang mempunyai daya listrik di rumah mulai 450 VA (gratis 100) dan juga
900 VA (gratis 50%). Kebijakan inipun menjadi ramai dikalangan masyarakat
turutama di kaum nyi-nyir yang ingin selalu memanfaatkan opini public menjatuhkan
martabat pemerintah. Bagaimana dengan yang mengguakan token? Tentunya pemerintah
sudah meyiapkan bagaimana hitung-hitngan listrik versi token tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar