FILOSOFI
JAWA
KESEMPURNAAN
DAN KEJAYAAN HIDUP
Alam telah mengajarkan
kepada kita bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Banyak literasi
yang mampu di dapatkan jika memng kita menajdikan akal dan pikiran ini untuk
kita eksplor mencari sebuah makna kehidupan. Gerakan raga manusia dalam sisi
kehidupan ini tidak luput dari sebuah kejayaan hidup dengan bekerja mencari
rezeki demi keluarga maupun harga diri. Namun, kadang-kadang mereka lupa bahwa
tujuan hidup utamaadalah ibadah pada sang yang widhi dengan menerima semua
peran hidup yang diberikan pada kita. Memang benar, bahwa hidup adalah bagaikan
main di panggung sandiwara dimana setiap kita punya peran yang berbeda-beda.
Kita tidak akan memahami
bagaimana meraih kejayaan hidup dan kemuliaan hidup jika kita tidak pernah
belajar dari falsafah orang-orang Jawa. Kejayaan hidup baru dirasakan jika kita
memiliki 5 hal yaitu : Keris (Curigo), perkutut (Kukilo), Katurangga
(Kendaraan), garwo (istri) dan griyo (Rumah). Namun, tidak bisa kita
artikan secara harfiah begitu saja yang akan menjadikan sebuah diksi ambigu dan
bisa menyesatkan masyarakat umum.
Keris (Curigo)
Keris dalam kehidupan
orang Jawa adalah hal yang mungkin di muliakan bahkan dijaga dan dirawat setiap
saat. Tradisi jawa tulen keris biasanya di rawat denga cara imandikan setiap 01
Muharrom atau pada saat malam tahun baru Hijriyah. Seorang tantara kerjaan atau
pasukan begitu bangga mempunyai dan menggunakan keris ini setiap dia berperang
dengan menyelikan dipinggang mereka. Tetapi setelah saya lakukan pendalaman
bahwa keris yang dimaksud adalah orang yang berkemampuan dan berilmu. Sesuai ajaran
agama Islam bahwa laki-laki dan perempuan wjib mencari ilmu. Keris sebagai
tameng atau benteng dari mara bahaya dan kesesatan hidup. Keris juga sebagai
sebagai kepercayaan diri dalam menjaga kelangsungan hidup bagi seorang prajurit
atau yang memilikinya.
Keris adalah diartikan
sebagai ilmu yang harus dimiliki setiap manusia agar dalam
perjalanannya mampu diberikan petunjuk menuju jalan yang benar. Keris a`` kan mampu memberikan jawaban tentang
pertanyaan hidup tentang APA dan BAGAIMANA kita bersikap dalam kehidupan ini. Jadi
jangan di artikan secara leter leg bahwa keris yang dimaksud adalah keris yang biasa
kita lihat. Itu hanyalah sebuah simbul saja sebagai pengganti sebauh arti yang
hakiki.
Perkutut (Kukilo)
Hal yang sangat dianggap
kejawen adalah burung perkutut. Saya sebagai penulis sangat gemar terhadap
burung satu ini karena mempunyai ciri khas yang tidak dipunyai urung yang
lainya. Bentuk-bentuk perkutut juga sangat banyak sekali. Dalam falsafah jawa
perkutut yang dimmaksud adalah kewibawaan hidup. Tentu saja kita tidak
menafikan bahkan memungkiri bahwa kewibaan adalah hal yang sangat di dambakan
setiap manusia. Kewibaan membawa seseorang menjadikan dirinya dihormati dan
disegani oleh banyak pihak. Wajar dan menjadi fitrah jika manusia pingin
disanjung dan dihormati oleh setiap orang.
Jabatan merupakan bentuk
sebuah kehormatan secara strata masyarakat. Kenyataannya adalah jabatn ini
sebuah intan yang banyak dicari-cari manusia. Sebagai kehormatan dengan
menempatkan tata dan jati diri pada lingkungan sekitarnya. Walaupun kadang
jabatan merupakan sebuah ujian dan bisa menjadi kebanggaan atau juga sebagai
boomerang jika kita tak pandai mengendalikan dan mengembannya. Seekor perkutut
memang butuh perawatan yang sangat telaten dan penuh kesabaran. Jika kita merawat
mulai kecil (piyek) maka 5 sampai 10 tahun baru bisa berbunyi. Artinya mendapatkan
kewibawaan memang tidak gampang dan butuh kesabaran yang harus diuji nilai
kualitasnya.
Katurangga/ Kuda (Kendaraan)
Untuk mempermudah dan mempercepat Gerakan kita
tentunya dibutuhkan alat transportasi atau kendaraan. Dahulu seorang raja akan
kelihatan gagah dan berwibawa di depan kuwulanya manakala dia menunggangi
seekor kuda perang. Dengan gaya kepemimpinan yang dipunyai maka semakin lengkap
kesempurnaan dia dalam menjalankan roda kepemerintahannya.
Untuk dapat mengendalikan kuda disaat kita
menungganginya, maka tali kendali yang harus kita pegang erat. Dalam kehidupan
pengendalian diri akan segala nafsu dan ego harus kita kendalikan. Bukan dengan
mengumbar nafsu, ego dan angkara murka. Di era tahun milenial tentu kendaraan
yang dimaksud bisa mobil atau motor. Siapa saja yang memiliki kendaraan
bermotor apalagi mobil terbaru dan termahal adalah dambaan setiap manusia. Orang
yang tak berilmu saja jika menaiki mobil mahal tentu akan terlihat lebih keren
dan berwibawa daripada orang alim tetapi naik sepeda pancal. Secara tidak
langsung kendaraan entu membawa pengaruh secara strata sosial dalam lingkungan.
Garwo (Istri)
Sebagai pendamping hidup
tentu seorang istri adalah pelengkap kekurangan dari suami. Pendamping bagaikan
sayap dari sepasang yang saling butuh dan menjaga. Kesuksesan seorang suami
bukan di takar dari kecerdasan dan kepandaiannya saja. Tetapi, dukungan penuh
dari seorang istri dlah hl yang tidak bsa dinafikan. Oleh kaena itu kata istri dalam Bahasa jawa
disebut dengan “GARWO” atau Siga
kita,
cinta raning
Nyowo (belahan jiwa).
Kebahagiaan dalam rumah
tangga akan terbentuk secara harmonis jika sang istri memberikan perhatian
lebih pada keluarganya. Melayani memberikan sarapan di pagi hari, mempersapkan
pakaian anak-anaknya saa sekolah dan juga pakaian suami saat akan beranggkat
bekerja. Sedaorang istr bagaikan seorang dewa yang mampu membentuk karakter
juga masa depan pemimpin bangsa. Maka jika kita ingin sukses secra harfiah,
maka kata kunci terletak pada keridlohan dan keikhlasan dari seorang istri.
Wanita secara universal melambangkan
kelembutan, cinta kasih, perasaan sayang. Kita hidup didunia pastilah berada
ditengah-tengah manusia dan makhluk lainnya. Kita harus selalu memberikan rasa kelembutan
kasih kita dan rasa sayang kita kepada semua makhluk ciptaan sang Maha kuasa. Karena
manusia diperintahkan aga menjadi rahmatan lil alamin yang mampu
melindungi dan menyayangi semua ciptaan Allah SWT.
Griyo (Rumah)
Rumah adalah tempat
berteduh dari bahaya panan maupun hujan. Rumah juga tempat berkumpulnya
keluarga, sekaligus penyimpanan barang-barang berharga, menikmati kehidupan bersama
secara nyaman dan aman. Rumah juga sebagai tempat menunjukkan nilai status atau
tingkat sosial diri di lingkungan masyarakat umumnya. Jika memang demikian,
pantas jika memang griyo ini patut dijadikan acuan untuk mengukur orang sukses
atau untuk mengangkat derajat manusia.elihat dinamika yang terjadi di banyak
lingkungan rupanya rumah menjdi Idola dan kebangggan. Merawat dan merenovasi
rumah secara massive untuk mendapatkan bentuk ideal seideal cita-citanya. Ketidak
krasanan mungkin kita awali dari bentuk rumah baik interior, kamar yan tekesan
berantakan , dan kurang tertata rapi yang menjadi faktor penyebab anak tidak
rasan di rumah. Pantas dan memang harus jika rumah menjadi icon pencapaian cita-cita
bangsa kita yaitu kedilan sosial. Konstruksi rumah
yang bagus harus memperhatikan efisiensi pemakaian energi. Konstruksi rumah
hemat energi di Indonesia yang beriklim tropis tidak serumit konstruksi rumah
di negara-negara yang beriklim subtropis, karena tidak ada perubahan musim yang
ekstrem. Kebutuhan energi untuk pencahayaan, insulasi, ventilasi, pengaturan
udara, dan lain-lain tidak sebesar rumah di negara-negara dengan empat musim.
Efisiensi energi bisa dimaksimalkan dengan memakai pencahayaan alami di siang
hari, tata letak lampu penerangan yang tepat, pemakaian lampu hemat energi,
pemasanan ventilasi dan insulasi pada dinding, pemilihan atap yang tidak
menyerap panas, dan pemakaian peralatan listrik yang hemat energiDalamm
desain
rumah hemat energi, termasuk didalamnya segala rancang bangunan yang ramah
lingkungan, dengan meminimalkan penggunaan energi tidak terbarui dan
mengoptimalkan pemanfaatan energi alami. Keterbatasan sumber daya alam membuat
konstruksi rumah hemat energi menjadi semakin relevan mulai dari sekarang
0 komentar:
Posting Komentar