Berikan Pendapat Anda tentang WI Berikan komentar positif dan santun demi pengembangan konten yang lebih menarik serta lebih faktual dengan berita ilmu yang bermanfaat bagi kita semua pada tahap selanjutnya, untuk partisipasi anda semua saya ucapkan Terimakasih

EDISI COVID 19 : KOMPETENSI SIKAP SISWA

Gb : Penilaian sikap Kejujuran

Banyak yang bertanya kepada diri saya, bagaimana kita harus bersikap tentang keadaan seperti sekarang ini (masa tunggu situasi covid 19) dengan stay home. Jika memang kita berpikiran jernih tentu masih banyak hal yang bisa kita lakukan demi dunia Pendidikan ini apabila kita sadar bahwa kita adalah seorang  guru. Informasi yang bersliweran di ruang medsos kita banyak membuat orang menjadi bingung antara menerima kebenaran dengan berita HOAX-nya. Kembalilah menjadi guru sejati yang aktif berkreasi melaluhi tulisan-tulisannya. Menjadi pribadi yang selalu mencari solusi dalam memecahkan sebuah masalah di negeri ini, bukan malah sebaliknya yaitu membuat bingung manusia lainnya.
Program DARING atau E-learning dari Menteri Pendidikan, rupanya tidak membuahkan hasil maksimal tetapi hanya semacam sebuah retorika untuk menggugurkan kewajiban. Banyak guru yang menjadi pengamatan kami (baik tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK) belum sepenuhnya berupaya menjalankan amanh tersebut. Memang terlalu banyak faktor yang kami jumpai di lapangan. Mulai kesiapan guru tersebut tentang data murid-muridnya yang mempunyai nomer WAG. Namun, yang lebih penting adalah menguasai kemampuan dalam bidang informasi dan teknologi. Pembelajaran melaluhi video conference memang pemerintah sudah menyiapkan seperti aplikasi ZOOM, dan juga aplikasi yang memang diluncurkan oleh kementerian agama RI. Sekali lagi itu hanya tawaran yang memang produknya sudah ada,  tetapi implementasi kepada kaum guru masih belum sempurna. Sehingga upaya pemerintah tersebut seakan-akan mentah dan sia-sia pula.
Andai saja semua aplikasi bisa guru pergunakan secara maksimal dan tertakar sesuai target pembelajaran dengan berbagai macam tugas dan materi pada siswa, lalu bagaimana guru menilai sikap siswa dengan metode E-learning ini?. Pencapaian sikap tidak bisa kita nilai dengan metode daring. Sebab sikap butuh sentuhan dan elaborasi dengan lingkungan tersebut. Dengan tatap muka dan berdialog secara utuh di depan siswa kita, maka akan didapatkan sentuhan positif dari asa dan rasa perasaan dalam jiwa masing-masing individu. Untuk memahami sedikit tentang bagaimana penilaian sikap dan apa itu penilaian sikap dengan batasan-batasan tertentu.
Mungkin jika dilihat dari sisi pengertian sikap adalah bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud dalam panduan ini adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.
Penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari suatu program pembelajaran. Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu standar atau sistem pengambilan keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual.
Cakupan Penilaian Sikap Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang  Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan. Pada jenjang SMP/MTs, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, sedangkan kompetensi sikap sosial mengacu pada KI-2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KD pada KI-1: aspek sikap spiritual (untuk mata pelajaran tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok). Sedangkan KD pada KI-2: aspek sikap sosial (untuk matapelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-3 yang berbeda dengan KD lain pada KI-2). Guru dapat menambahkan sikap-sikap tersebut menjadi perluasan cakupan penilaian sikap. Perluasan cakupan penilaian sikap didasarkan pada karakterisitik KD pada KI-1 dan KI-2 setiap matapelajaran.
Perumusan Indikator dan Contoh Indikator Acuan penilaian adalah indikator, karena indikator merupakan tanda tercapainya suatu kompetensi. Indikator harus terukur. Dalam konteks penilaian sikap, indikator merupakan tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik, yang dapat diamati atau diobservasi oleh guru sebagai representasi dari sikap yang dinilai. Diantara indicator yang harus ditampilkan adalah (1) berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu, (2) Menjalankan ibadah tepat waktu, (3) Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut, (4) Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, (5) Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri, (6) Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu, (7) Berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan usaha, (8) Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat, (9) Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, (10) Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia, (11) Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
Tentunya sulit untuk dicapainya jika kita hanya melakukan system pembelajaran daring saja. Pembelajaran tetap seutuhnya dilakukan dengan tatap muka antara kedua belah pihak yaitu guru dengan siswa. Tanpa unsur dan faktor tersebut maka pembelajaran akan kehilangan satu sisi kompetensi penting lainnya yaitu pembentukan nilai afektif atau karakter. Nilai karakter tidak bisa dianggap remeh dan sebelah mata. Banyak negara maju seperti Australia sekarang lebih menekankan Pendidikan bermental kejujuran bukan hanya kecerdasan. Sebagai misal mengutamakan budaya antrian dalam setiap sikap sisi kehidupan sangat sulit di dalam pembelajaranya. Jika kita asumsikan mungkin butuh waktu 13  tahun untuk melihat hasilnya. Berbeda dengan kecerdasan yang hanya butuh waktu 3 tahun.

#salamantikorupsi
#mastersay






0 komentar:

Posting Komentar