Penulis: saiful Arif
Penyuluh Antikorupsi
Ada
Sembilan nawacita dari presiden Jokowi yang telah dipaparkan secara gamblang di
media-media berita. Diantara urutan
ke 5 nawacita tersebut adalah "meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia
Pintar". Pintar dalam arti yang sesungguhnya juga komprehensip.
Mejadikan manusia sebagai insan kamil sebagai output hasil proses Pendidikan. Tentunya
membentuk karakter yang baik bukan sesuatu yang mudah dilakukan tanpa ada
contoh pribadi sebagai panutan. Menumbuh kembangkan nilai dan citra rasa
nasionalisme adalah bagian yang tak terpisahkan dari ajaran pendidikan karakter
yang harus dimiliki setiap siswa di sekolah.
Berbagai macam upaya pun dilakukan oleh guru
dan juga para pemangku Lembaga lainnya. Aktivitas pembelajaran juga bisa
digunakan sebagai acuan awal dalam menanamkan sikap nasionalime siswa secara
bersama-sama dan istiqomah. Memberikan salam kepada guru awal masuk kelas
dengan berdiri secara bersama-sama sebagai bentuk ta’dim siswa terhadap guru.
Tentunya pemberian salam ini dipimpin oleh ketua kelas dengan sikap tegas,
lugas dan bersuara keras. “Beri salam, Assalamua’laikum Wr.Wb. Guru pun
menyambut dan menjawab salam, “wa’laikumsalam”. “Kepada bapak guru
hormat, grak. Tegap grak. Siswa pun melanjutkan dengan menyanyikan lagu-lagu
wajib Indonesia dengan tujuan untuk melatih kepekaan rasa nasionalisme, sosial masyarakat
siswa siswi dengan sedikit memahami arti syair tertulis di dalamnya. Fakta yang
miris kita dengar atau melihat melaluhi
berbagi media bahwa anak kelas XI masih banyak yang belum hafal isi lagu
tersebut.
Bagaimana
mungkin generasi muda bangsa bisa menjadi seorang pemimpin yang baik juga
berkarakter jika lagu kebangsaan saja tak mampu dinyanyikan secara baik dan
benar. Dengan kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan secara simultan
juga continue dengan memandang siswa sebagai subyek, tentu akan mendapatkan
hasil yang lebih signifikan. Gerakan-gerakan moral semacam ini harus ditanam
dan ditumbuh kembangkan mulai Pra PAUD hingga Perguruan Tinggi yang akan terpatri
jauh di lubuk hati. Sepintas memang kelihatan simple dan sederhana, tetapi
mempunyai dampak jauh ke depan hingga mereka dewasa. Negara akan kuat jika
generasi mempunyai sikap cinta tanah air yang baik. Dengan menjaga
symbol-simbol negara dengan melakukan kegiatan yang mengarah ke pembentukan
rasa memiliki sebagai anak negeri.
Sikap
mencintai negeri sendiri adalah bagian dari iman dan jika sudah mandarah
daging maka akan menjadi bentuk kekuatan pertahanan dari musuh-musuh di tanah
air atau musuh antar negara lain. Peristiwa 10 Nopember 1945 itu bukan sebuah
kebetulan dan pemberian hadiah oleh penjajah bangsa. Di awali dari presiden Ir.
Soekarno ingin memintah bantuan masyarakat jika terjadi perang yang untuk ke
dua lagi. Pada waktu itu beliau ”Presiden” meminta pendapat ke KH Hasyim As’ari
tentang hukum membela tanah air. Rapat kemudian digelar oleh KH. Hasyim As’ari
mengumpulkan tokoh ulama se Jawa Timur untuk mengambil sikap tentang pertanyaan
presiden Ir. Soekarno. Dalam musyawarah tersebut diambil sikap tegas bahwa hukum
membela tanah air adalah WAJIB. Kemudia fatwa ini terkenal dengan resolusi
jihat dikalangan masyarakat sekitar kota Surabaya untuk membela tanah air dari
penjajah waktu itu.
Rasa
cinta tanah air di era milenial sekarang ini sudah muulai menyusut dan pudar
karena sikap guru sudah hampir tidak mempunyai kepedulian tehadap siswa. Ironis
dan menyedihkan jika skap guru terus dan terus seperti ini yang notabene dia
adalah orang pertama yang langsung bersentuhan dengan siswa untuk menerima
segala ucapan maupun sikap saat mengajar di kelas. Awal pra pembelajaran ini,
harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam penanaman sikap maupun karakter
yang baik dengan kegiatan diantaranya (1) hormat guru, (2) laporan kondisi
kelas, (3) Menyanyikan lagu kebangsaan untuk menanamkan rasa cinta tanah air,
(4) berdoa bersama-sama, walaupun sering kita jumpai banyak guru yang tidak
berdoa dengan muridnya awal dan akhir pelajaran. Kegiatan ini tidak harus
demikian, tetapi masih banyak cara lain yang lebih improvisasi dengan
penemuan-penemuan lebih menarik dan menyenangkan.
Sikap
cinta tanah air seperti sekarang ini sangat dibutuhkan untuk membangun dan
memperkuat pondasi kekuatan bangsa sebagai nilai eksistensi. Untuk memperoleh
sikap demikian maka peran Lembaga Pendidikan melaluhi peran guru adalah
merupakan bentuk kebutuhan yang tidak bisa ditawarkan kembali. Jika kegiatan
seperti ini terus dilakukan sebagai Gerakan massive maka hasil karya akan
terlihat 15 tahun mendatang. Sikap peduli guru akan keberhasilan siswa jug siswinya
dalam berbagai bidang tentu itu adalah sebuah keniscayaan. Jika tidak dikontrol
oleh seorang guru dengan melakukan pembiaran-pembiaran siswa melakukan
pelanggaran! Maka generasi milenial yang akan datang bukan sesuatu yang
diharapkan dimasa yang akan datang. Namun, masih banyak guru yang tidak mau
tahu urusan orang lain.
Sebagai
pnenutup, mengajak semua guru untuk lebih peduli terhadap perkembangan sikap
siswa. Tanpa sikap yang baik, negara dan bangsa tidak akan mempunyai generasi
yang mampu menjadi pioneer sekaligus generasi yang berakhalakul karimah dalam
menjawab tantangan global degan era millenialnya. Bukan sebuah sikap tindakan bijaksana juga merasa
memperhatikan jika ada siswa tidur di kelas, guru cuek bebek dengan tidak
melakukan peneguran-peneguran yang bernilai edukatif. Masalah demikian bukannya
oleh sebagian guru di selesaikan, tetapi di selfi dan di shear ke forum guru
sebagai bentuk jika dia lebih baik dari pada yang lain. Sikap SKEPTIS dan
pesimis inilah yang menjadikan generasi muda kita melempem seperti kerupuk di
atas air tanpa daya dan kekuatan. Guru harus mengawali pra pelajaran dengan
baik dan menanamkan sikap nasionalis dengan kegiatan-kegitan seperti tersebut
di atas.
0 komentar:
Posting Komentar