Berikan Pendapat Anda tentang WI Berikan komentar positif dan santun demi pengembangan konten yang lebih menarik serta lebih faktual dengan berita ilmu yang bermanfaat bagi kita semua pada tahap selanjutnya, untuk partisipasi anda semua saya ucapkan Terimakasih

EUPHORIA MENCARI SENSASI DIRI

Wajar jika setiap individu mempunyai sifat ingin menonjol diantara sesama sebagai bukti menjadi yang terbaik dari yang lainnya. Kemenangan merupakan puncak prestasi yang memang banyak diimpikan setiap insan. Namun, jika tujuan hidup adalah menunjukkan ketenaran diri, maka kita sebenarnya sudah terjebak dalam sebuah kamuflase retorika pekat hitam padam dan suram yang suatu saat nanti akan menjadi boomerang. Tidak jarang memang kita jumpai di sisi kehidupan masyarakat sekarang lebih ke nilai egosetrik jika dibanding pada sikap sosial. Dalam forum-forum diskusi mereka lebih menggebu-nggebu ingin melakukan aksi, walaupun faktanya minim reaksi. Lebih menggunakan diksi motivasi dengan opini-opini yang membakar hati, dari pada cipta rasa dengan pendekatan sentuhan cinta kasih.
Sebuah Gerakan sosial dalam melakukan ajakan ke jalan kebenaran dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan menggunakan kalimat yang tepat agar mereka dapat menerima dengan senang hati. Bukan sebuah hujatan kepada asesi yang sedikit banyak menimbulkan reaksi negative dengan indicator mereka tidak peduli dengan apa yang kita lakukan. Jika memang kita benar-benar berjuang demi negara dan bangsa dalam rangkaian kegiatan antikorupsi maka lupakan hasil dari apa yang kita lakukan. Tetapi sebaiknya kita lebih fokus pada proses. Pepatah bilang bahwa “Proses tidak akan mengkhianati hasil”. Namun dalam melakukan aksi terkadang ingin di saksikan banyak pihak dan ingin tampil lebih eksklusif dari pada orang lain. Hingga nilai mawas diri seharusnya menjadi acuan sikap yang siap menjadi benteng membentuk karakter diri yang siap beraksi hilang pudar entah kemana. Sementara jika dipahami pengertian euforia adalah suatu perasaan senang yang berlebihan yang tidak beralasan atau rasa optimisme / kekuatan yang tidak rasional. Penyebab euforia adalah karena pengaruh emosi (senang) yang sangat kuat atau bisa juga terjadi karena pengaruh obat tertenatu (seperti psikotropika).
Dalam ajaran agama kita selalu diajarkan menjadi pribadi santun dan berbudi luhur dengan sikap selalu menyembunyikan nilai kebaikan diri di mata manusia yang lain. Namun, dalam kenyataanya sudah menjadi sifat manusia jika melakukan kebaikan selalu ingin menunjukan kepada orang lain. Bebicara sebagai orator dengan berbagai opini public yang seolah-olah mampu memutuskan perkara dengan pemikiran pendeknya. Mengajak semua orang untuk megikuti jejak melakukan lopatam-lompatan yang mustahil atas dasar kemampuannya yang masih kurang. Membangun opini public dengan narasi-narasi yang membuat orag lain marah dan sedih. Amanah yang diberikan untuk dijaga justeru dijadikan ajang pamer dan merasa bangga dengan segala identitas yang menempel dipundaknya. Melihat orang lain adalah sesuatu hal yang remeh dengan merasa diri makin mendulang prestasi. Padahal amanah yang dibebankan justeru harus dijaga dan dipelihara dengan cara baik juga diupayakan harus selalu terjaga dari keburukan.
Sikap semangat yang berlebihan atau over lapp juga kadang-kadang bisa menjadikan citra diri memburuk di depan masyarakat. Mengambil kebijakan yang bukan sebagai kapasitasnya, akan membawa dampak buruk pula. Sikap kehati-hatian ini akan membentuk karakter yang luhur sekaligus baik yang berimplikasi pada sisi kehidupan masyarakat secara adil dan damai. Jika kita berfikir secara jernih dan lebih mendalam lagi dengan pedoman ilmu tauhid tingkat tinggi bahwa hakekat kemenangan kita adalah merupakan bentuk pencitraan terhadap kaum yang kalah. Tanpa dipikirkan juga dengan seksama yaitu dibalik kemenagan kita ini justeru banyak pihak yang tersakiti. Oleh karena itu berhentilah bertanding, tetapi marilah berlomba agar mendapatkan hasil yang lebih baik tanpa harus merendahkan sisi yang lain. Berhentilah beropini dengan nada menggebu-gebu mengajak semua pihak untuk melakukan sesuatu sesuai, namun dibalik semua itu adalah non sense besar, dengan cara mencari sensasi diri di depan pimpinan atau publik. Istilah dalam pepatah ”TONG KOSONG NYARING BUNYINYA, KLENTANG KLENTONG KOSONG TAK ADA BUKTINYA”.
Lebih pada cita rasa substansi bahwa apa yang kita lakukan tidak harus semua orang tahu jika hanya untuk mendapatkan kepuasan batin (sensasi). Oleh karena itu setiap tindakan akan didasarkan oleh niat yang lurus dengan sikap istiqomah secara terus-menerus pada garis simultannya. Maka kita tak perlu khawatir tentang apa yang kita lakukan demi kemaslahatan umat atau masyarakat akan terlihat hasil buahnya yang ranum dan manis. Tetapi, jika hanya berkoar-koar di forum dengan kalimat “Ayo beraksi, Ayo berinspirasi, Kita kompeten dan berdaya”. Pada kenyataanya hanya sebagai topeng agar diri menjadi terbaik jika dibanding mereka, tentu ini sebuah ironi. Problematika seperti ini sudah masuk ke dalam rana “NATO” yaitu No Act Talk Only. Sungguh tiada terpuji orang-orang seperti ini dengan melakukan sesuatu kesalahan namun tak mampu membuat sebuah perubahan besar dan menjadi lebih baik lagi. Hanya niat tulus ikhlas dan tanpa pamrih yang diindikasikan dengan banyak “DIAM” namun penuh dengan coretan inspirasi. Berfikir hal yang kecil dengan kemampuan memoles cipta karyanya menjadi perubahan lebih besar dan baik. Orang-orang seperti inilah yang sangat dibutuhkan di dalam membengun sebuah bangsa dengan pemimpin yang berniintegritas yang tinggi. Sebuah prilaku yang sangat diharapkan menjadi benteng dari sebuah kekuatan yang sangat fundamentalis. Bagi orang-orang berintegritas adalah “proses tidak akan penah mengkhianat hasil”.
Perbedaan kaumpencari sensasi dengan kaum pencari ridhlo ILLAHI adalah hanya pada NIAT saja. Ikhlas jika dianggap lantainya maka jalan dan langkah-langkahnya sebagai bentuk istiqomah yang akan di naiki penuh dengan kerikil tajam yang siap lukai diri dari waktu yaitu siang  dan malam. Bagi pencari sensasi lantai adalah sebuah kemunafikan belaka indah dipandang maupun didengar, tetapi busuk untuk dirasa dalam jiwa raga. Berjalannya bagai keledai kelaparan tanpa daya dan upaya lebih kreatif lagi, namun awal kekagagalan yang menyimpang di dalam kaki sendiri. Ketidak percayaan akan muncul seiring waktu sejarah berputar dan mencatat setiap aksi atau semu reaksi yang meraka lakukan. Sakit hati dan dendam akan menyelimuti akibat mosi dari msyarakat yang sudah tiada peduli dengan apapun yang mereka lakukan. Menata niat dengan ikhlasnya perbuatan baik yang kita lakukan, justeru akan membawa dampak positif di setiap lini kehidupan abadi nanti. Memanen apa yang sudah kita tabur dibumi yaitu BUDI PEKERTI yang luhur dan bisa mengayomi semua pihak tanpa kecuali.

0 komentar:

Posting Komentar