MEMAKNAI HARI GURU
SEBAGAI SIKAP TA’DIM SANTRI
SAIFUL ARIF
MTs. SUNAN AMPEL
KRATON PASURUAN JATIM
educative2014@yahoo.com
Upacara Bendera dalam Rangka HGN di MTs. Sunan Ampel Kraton |
Menjadi manusia pintar saja
tidak cukup dalam menjalin harmonisasi hidup berdampingan dengan makhluk lain. Tetapi
menjadi pribadi berakhlakul karimah dengan segala kerendahan hatinya sebagai
manifest maupun artefak sebagai bangsa yang luhur budi serta mau menerima
perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Bahkan sikap beradab atau ta’dim ini mampu
menggugurkan sebuah perintah pada dirinya. Era milenil sekarang ini sangat
dibutuhkan pribadi yang berbudi untuk menjalankan roda penyebaran informasi ke
segala penjuru masyarakat secara tepat dan benar.
Tidak heran setiap tanggal 25
Nopember selalu diperingati hari guru nasional, agar para guru merasa dihormati
dan diberikan tempat kedudukan yang layak sebagai pendidik yang mungkin selama
ini terabaikan. Dalam UU No. 14 tahun 2015 dijelaskan tugas guru begitu
beratnya, tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik yang targetnya adalah
tentang pendidikan karakter anak didik. Di halaman madrasah MTs. Sunan Ampel
Kraton Pasuruan Jawa Timur saya diberikan mandat untuk menjadi Pembina upacara
tersebut. Sebagai penyuluh antikorupsi kesempatan ini saya gunakan sebagai
momen penting untuk menyampaikan sepatah dan dua kata tentang nilai-nilai antikorupsi.
Di hadapan sekitar 1200-an siswa dan siswi mulai tingkat MTS hingga MA upacara
berlangsung dengan hikmad dan berjalan dengan lancar.
Suasana upacara bendera
berjalan sesuai rencana walaupun dalam bingkai kesederhanaan dan penuh nuansa
kesederhanaan pula, seorang pemimpin upacara dengan tegas memimpin jalannya
upacara tanpa keraguan sedikit pun. Diawali dengan mempersiapkan setiap barisan
pleton oleh masing-masing komandan barisan. Ada beberapa hal yang saya
sampaikan dalam amanah upacara tersebut diantaranya adalah (1) bagaimana
menempatkan diri sebagai murid atau santri terhadap guru-gurunya (2) bagaimana
menghormati guru sebagai pahlawan tanpa kenal tanda jasa (3) berprilaku jujur
dan tanggungjawab sebagai seorang santri dengan menjaga sikap ta’dimnya
terhadap guru. Sebagai manusia yang merupakkan makhluk sosial, kita tentu punya
orang tua, dan hakekat orang tua ada tiga yaitu : pertama orang tua yang
melahirkan kita (ibu/ bapak kita), kedua orang tua yang mempercayakan
anaknya kepada kita (mertua kita, Ketiga, orang tua yang mendidik Kita
(guru kita). Semua berfungsi sebagai orang tua kita. Jika demikian, jangan
sesekali memangggil dengan kalimat kotor dan sampah. Alquran benar-benar
memperingatkan bahwa “senyumnya ALLAH tergantung senyum orang tua.
Jika sebagai anak atau santri
di pondok pesantren seharusnya sikap ta’dim sudah tumbuh mandarah daging dan
menjadi pioneer dari Gerakan massive era 4.0 ini pada candela dunia lainnya.
Bukan di pengaruhi budaya lain yang membenturkan antara yang budaya A dan budaya B sehingga mampu membuat
sebuah kehancuran alam raya. Sikap sopan dan santun terhadap guru merupakan
indicator berhasilnya penanaman karakter pada diri siswa. Sikap ini menjadi
modal kelak 20 tahun lagi menjadi pemimpin yang berintegritas tinggi sebagai
tugas memikul berat amanah serta menjadi
panutan bangsa. Tidakkah kita melihat contoh negara CHINA dengan
penduduknya yang padat, namun masih tetap semangatnya yang luar biasa.
Dalam pembinaan upcara hari
guru, tanpa saya sadari untuk mengajak masing-masing siswa tidak melakukan
tindakan yang merugikan orang lain, lebih-lebih merugikan negara. Namun selalu
mengajak kejalan kebenaran dengan menanamkan sikap jujur, tanggunggjawab serta
disiplin. Dengan meminta semua peserta upacara untuk mengucapkan bersama-sama
kalimat “siapa kita,,,,”PUTRA BANGSA, BERANI, JUJUR, HEBAT”.
Dengan suasana hening sesaat sebelum kegiatan upacara tersebut dibubarkan
secara tertib dan baik.
0 komentar:
Posting Komentar