PONDOK PESANTREN TEMPAT PEMBENTUKAN KARAKTER
PEMIMPIN MASA DEPAN
SAIFUL ARIF
PENYULUH ANTIKORUPSI
PASURUAN JATIM
PAK
195.1.0000069.2019
educative2014@yahoo.com
Pembentukan karakter sumber daya manusia (SDM)
era globalisasi di masa IR 4.0 mampu dijawab dan diatasi oleh lembaga Pendidikan
yaitu formal atau non formal bahkan informal. Tiga tempat membangun karakter
anak inilah yang kadang-kadang tidak diberikan ruang yang kondusif (kebebasan
berinteraksi) bagi generasi pemimpin yang akan datang. Sering orang tua tidak
memiliki sense of belonging pada anak-anak mereka dengan mudah
terpengaruh oleh informasi media sosial seperti TV (sinetron yang kurang
mendidik). Terhipnotisnya orang tua sebagai indikasi kegagalan untuk membangun
karakter anak yang berpotensi sebagai pemimpin handal yang mampu menjalankan
amanah dari 9 nilai-nilai antikorupsi nantinya.
Jika masalah klasik seperti ini terus kita
biarkan, jangan heran suatu saat akan menjadi snow ball yang akan
menghantam tembok kepemimpinan negeri tercinta kita. Selain, itu belum ditambah
lagi carut marutnya pendidikan formal yang lebih bersifat materialistis dari
pada spiritulistis. Guru lebih memperjuangkan jati diri sebagai “pekerja Pendidikan”
daripada pahlawan tanpa timbal budi dan jasa. Demo-demo yang mereka lakukan
tanpa disengaja telah direkam dan di jadikan acuan/ patokan bagi siswa-siswa
kita untuk meyampaikan maksud dan tujuannya. Guru berdemo bukan untuk
menegakkan bagaimana siswa sebagai penerus bangsa yang mempunyai akhlakul
karimah yang baik kedepannya, namun lebih ketuntutan materi dengan dibungkus
dengan kalimat "GURU PAHLAWAN TANPAA TANDA JASA". sebenarnya
pertanyaanya sederhana saja, Jika berat jadi guru dengan beban tugas setumpuk
dan gaji kecil, Ngapain kuliah jurusan guru kenapa tidak ke perusahaan saja
gaji gedhe dan banyak.
Opini yang selalu menyalahkan kebijakan
pemerintah adalah bentuk sikap yang tidak bertanggungjawab, peduli
serta jujur yang semuanya ada dalam 9 nilai anti korupsi. Sehingga saya
berkesimpulan bahwa, pendidikan non formalah yang kemungkinan bisa
mengatasi carut marutnya nilai terkikisnya sikap antikorupsi tersebut yaitu "PONDOK
PESANTREN". Jika kita lihat dan diamati secara ditail, pondok mana
yang lulusnya hampir tidak mempunyai nilai karakter yang baik. Karena sejak
dalam lingkungan para santri diajarkan untuk bersikap BAIK pada siapapun
lebih-lebih kepada pengasuh pondok pesantren (seorang kiai). Kadang kita sering
melihat sebelah mata ajaran pondok ini dengan beropini kelompok grass
roots yang tidak berpengalaman bahkan dinilai tidak modern. Rupanya pendapat seperti ini harus
diklarifikasi kembali untuk mengembalikan ruh pendidikan PONPES di tanah air
ini.
Banyak para santri yang sanggup menjawab
kepentingan juga tantangan jaman dengan menguasai perdagangan dengan sistem
digitalnya. Seperti Ponpes Lirboyo Kediri, Sidogiri Pasuruan, Gontor, Tebu
Ireng Jombang, Amanatul Ummah Pacet Mojokerto dan lain sebaginya. Ternyata
setelah mereka menjadi bagian dari masyarakat juga pelaku ekonomi, sikap
kejujuran, disiplin dan tanggungjawab ada dalam diri mereka dengan indikator
melayani masyarakat dengan hati dan juga budi. Pertanyaan sederhana adalah kemana
para alumni perguruan tinggi negeri dan swasta lain yang kata notabene PT
hebat-behat dengan narasi dan argumentasi debat mereka yang pintar seolah-olah
mengalahkan debat malaikat kubur dalam memberikan pertanyaan kepada ahli kubur.
Semuanya non sense dan omong kosong. Indonesia butuh orang JUJUR dan
BERTANGGUNGJAWAB sekaligus BENER bukan PINTER. Orang Bener lebih enak diajak
kerjasama daripada orang Minteri.
Mari kita rapatkan dengan bersinergi pada
lembaga-lembag non formal yaitu pondok pesantren. Para kiai yang sanggup
menjadi bengkel moral bagi SDM yang rusak. Kiai tanpa memperdulikan bayaran dan
gaji, namun selalu memberikan kontribusi yang tinggi kepada perjalanan sejarah
negeri ini. Mengajar dan terus mengajar juga berdo'a secara ihklas tanpa harus
diketahui media masa, inilah jiwa-jiwa yang ikhlas seperti akar tumbuhan yang
terus mencari sari makanan demi hidup dan juga menjaga kehidupan. Jangan pernah
meremehkan pendidikan dipondok pesantren jika negeri ini ingin tegak dan selalu
tegak berdiri ditanah nusantara. Sebab kekuatan doalah yang sanggung merubah
arah tujuan manusia dari jahat menjadi baik, dari bodoh menjadi pintar dan dari
Riya' menjadi pribadi Ikhlas.
0 komentar:
Posting Komentar