Penulis
SAIFUL ARIF, ST,
MPd
Alumni
Teacher SuperCamp 2017 KPK RI
Pagi
yang cerah di iringi suara burung pagi berkicau di atas dahan pohon mangga. Aku
lihat juga sedikit awan putih tipis sedang menyapu langit di belahan bumi
utara. Dua orang siswa sedang asyik bercengkrama di teras sebuah madrasah entah
apa yang sedang di obrolkannya saya tidak tahu. Tertawa kecil mereka
menggambarkan kedamaian dan kebahagiaan diantara mereka berdua. Sambil
menikmati sepotong roti sebagai pengganti sarapan pagi mereka tak
henti-hentinnya mengumbar senyum manis dibibirnya. Waktu masih menunjukkan
pukul 06.45 WIB tanda belum di mulainya pelajaran. Memang dua siswa itu
terkenal sangat rajin dan disiplin dalam menjaga waktu dibanding banyak teman
yang lainnya. Kedua siswa itu masih duduk di kelas VIII MTs Swasta di sebuah
kota kecil tepatnya di Jawa Timur. Sambil membawa tas hitam di punggungnya,
rupanya salah satu diantara mereka sedang asyik membaca sebuah lembar kerja
siswa (LKS) matematika. Mereka sedang mendiskusikan sesuatu yaitu tentang
operasional bilangan bulat sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan.
Mereka sudah tidak sabar lagi menunggu jam masuk sekolah untuk bertemu sang
idola guru matematika yang telah memberikan inspirasi bagi mereka bagaimana
menjadi siswa yang bisa menyelesaikan masalah matematika. Mereka termotivasi
karena mereka merasa terbantukan dengan media pembelajaran yang sederhana,
simple bahkan terkesan murah, namun membawa dampak perubahan yang begitu luar
biasa. Ternyata alat peraga tersebut di beri julukan ”Sang Mistar
Kejujuran".
Begitulah
sepenggal cerita penulis mengawali tentang pembahasan dan kedahsyatan dari
sebuah alat peraga matematikka. Inovasi tiada henti yang merupakan slogan dari
sebuah iklan sepeda motor, mungkin tidak bisa dibuat remeh dan dipandang
sebelah mata saja. Orang jepang sering menyebutnya dengan istilah "KAIZEN"
yang mengandung arti melakukan perubahan secara terus menerus menjadi lebih
baik lagi. Jika motivasi ini dimiliki oleh seorang guru tentu tidak akan
menutup kemungkinan akan bermunculan ide-ide cemerlang dalam melakukan
terobosan di dunia pendidikan terutama penciptaan karya baru. Dalam fakta penelitian
yang telah dirilis oleh penulis tentang mistar kejujuran ini telah membawa
dampak yang signifikan terutama tentang peningkatan pemahaman siswa dan perubahan
nilai anti korupsi yaitu sekitar 20%. Karya tulis ilmia tersebut berjudul "Peningkatan
Pemahaman siswa dalam operasional bilangan bulat dan sikap anti korupsi".
Alhasil penelitian ini di uji cobakan kepada beberapa siswa dengan uji sampling
39 siswa yang terdiri dari jumlah populasi 201 siswa.
Indikasi
yang di dapatkan dari uji coba mistar kejujuran ini adalah meningkatkan
motivasi siswa sekaligus sikap gotong royong, kepedulian, kedisiplinan dan
kerja sama begitu meningkat dari rubrik penilaian sikap yang dibuat oleh
penulis. Namun sekali lagi saya katakan bahwa mistar ini telah menjadi sosok
idola dikalangan siswa, sehingga kadang mereka rindu dan selalu menunggu
kehadiran dari "sang mistar kejujuran". Penulis sedikit lega
dengan hasil karya cipta yang sangat sederhana dan perlu ada pembenahan disana
sini agar lebih elegan lagi terutama daya tarik ke siswa. Mungkin masih banyak
cara baru bagi guru-guru ditanah air ini untuk sedikit melakukan inovasi dengan
terobosan ide-ide spektakulernya guna menambah jumlah karya media pembelajaran
ini.
Awal
kegiatan penelitian kita lakukan dengan uji pre test dengan hasil kita
catat sebagai autentik assement. Tahap berikutnya kita lakukan uji materi
dengan post test dan juga kita catat hasil akhirnya. Dengan mengkomparasikan
ke dua nilai tersebut dengan uji wilcoxon dengan program SPSS
versi 17 didapat ternyata nilai asymp. sig (2-tiled) menunjukkan 0,000
artinya lebih kecil dari 0,05 pada taraf ketidakpercayaan. Oleh karena itu marilah kita
ramai-ramai membuat media pembelajaran sebanyak-banyaknya agar siswa semakin
termotivasi dalam menerima pembelajaram di kelas. Memang penulis akui bahwa
tidak mungkin 100% pembelajarn di kelas semua diselesaikan dengan menggunakan
media pembelajan. Ada kalanya kita harus berceramah dengan metode Teacher
Center of Learning yang merupakan metode satu arah pembelajaran.
Keunikan
dari penyajian alat peraga ini bisa membuat siswa antusias dalam menjawab.
Dalam waktu tidak lebih dari 20 menit setelah di berikan penjelasan siswa pun
mlai ramai-ramai menpraktekannya dengan kartu soal yang sudah di dapatkan
ketika pembagian kelompok. Kebetulan di dalam RPP penulis menggunakan metode Think
Pier share yang menugaskan beberapa kelompok untuk mendiskusikan
secara berkelompok tentang operasional bilangan bulat tersebut dan kemudian
mendiskusikan lagi dengan kelompoknya. Seolah-olah para siswa selalu menunggu
akan kehadiran sang mistar kejujuran ini untuk di ajak bermain-main lagi ketika
mereka mngalami kesulitan dalam menjawab soal-soal tersebut. Menjadikan idola
sebuah alat peraga tentu ini akan memberikan dampak nilai positif bagi
kelangsungan dan perkembangan anak didik kita. Ke depannya nilai semangat yang
tinggi ini harus kita pupuk dan dijaga bersama-sama agara tujuan pembelajaran
tercapai dan menghasilkan nilai yang excellent (sempurna).
Kadang
memang sulit dihindari dalam kenyataanya bahwa pembangunan nilai karakter anak
pada salah satu mata pelajaran begitu kuatnya karena sosok guru bidang studi
tersebut patut dicontoh karena mempunyai integritas tinggi. Namun di sebaliknya
ketika berganti pelajaran yang lainnya, suasana pembelajarn menjadi berubah
total. Pembiaran ketidakdisiplinan siswa terkesan acuh dan tidak mau tahu untuk
mencari jalan aman. Karakter yang ditanamkan pada pelajaran pertama menjadi
mubadir ketika bertemu dengan pelajarn lain yang pendidiknya tidak memiliki
gaya pengajaran yang super. Tanpa menggunakan konsep atau media mereka masuk ke
kelas dengan gaya merokoknya yang bikin orang lain tidak nyaman, seolah menjadi
hal yang lumrah. Kedatangan media ini yang sangat ditunggu-tunggu oleh para
siswa dengan berharap akan menemukan hal yang baru dalam suasana pembelajaran
yang bebeda pula.
Jika
guru sudah tidak mampu lagi dalam penyampaian materi, bukan berarti tingkat
kesulitan dari materi itu kita salahkan, tetapi mereka yang tidak bisa
menciptakan alat untuk memecahkan materi tersebut. Bagaimana mungkin memotong
sapi dengan sebuah silet! tentu ini akan menyiksa dan membutuhkan waktu yang
sangat lama sekali. Ayo penulis mengajak semua para pendidik di tanah air ini,
untuk selalu membuat inovasi baru demi siswa kita, demi ank negeri ini. Buatlah
mereka merindukan sosok guru yang kreatif seperti merindukan kehadiran sang
mistar kejujuran. Kita kembangkan improvisasi dalam segala hal berinovasi
dengan melakukan metode amati, tiru dan modifikasi secara umum. Hasil akhir
nanti tentu akan timbul ide baru yang super jika dibandingkan hanya meniru
tadi.
Jangan
jadikan kelas seperti kuburan atau tempat pengungsian bagi korban bencana alam.
Tetapi jadikan kelas seperti ruang teater dimana semua siswa berperan dengan
kemampuan masing-masing tanpa adanya diskriminasi apalagi pembunuhan karakter siswa.
Tanamkan selalu pada diri siswa tentang nilai-nilai anti korupsi yang telah
menjadi amanat nasional untuk membentuk generasi yang akan datang. Menjadi
sosok pemimpin yang bertanggung jawab, disiplin, peduli, bisa diajak kerja sama
dan pekerja keras. Semua akan terwujud dan semua akan menjadi kenyataan jika
siswa di ajarkan oleh guru yang mempunyai dedikasi dunia pendidikan yang nilai
integritasnya tinggi dengan sikap kejujuran yang handal seperti jujurnya mistar
kejujuran. Rasanya bukan hal yang berlebihan ketika banyak siswa yang berkata
aku rindu sang mistar kejujuran. Artinya, bukan mistar itu sebenarnya yang
menjadi tolak ukur, namun sang maestro dari gurulah yang memberikan susana yang
teduh, tentram dan damai di hati anak-anak tersebut. Perubahan iklim mengajar
di kelas yang sanagat dinamis seolah memberikan ruang gerak secara bebas bagi
siswa dalam mengekspresikan diri, mengeksplorasi bakat dan kemampuan untuk
menjadi siswa yang teladan juga berdikari.
0 komentar:
Posting Komentar