KETIKA DUNIA BUTA, BISU DAN TULI
Kabut hitam tebal di atas singgasana
Bergerak bagai tangan-tangan Rahwana
Sang raja berteriak bak lolong srigala
Menggetarkan jiwa raga sang nestapa
Kerinduan akan datangnya pertolongan para pendawa
Bagaikan pungguk merindukan rembulan nan indah
Kobaran marah merah meronah bagai jilatan api neraka
Namun seolah hanya seperti hiasan kata manis mempesona
Lolongan sang pemimpin dunia
Serak bagai burung gagak terbang menyapa
Pandangan mata yang diimpikan hanyalah sebuah harapan
Harapan pedih, seperih tusukan bayonett tentara durjana
Aku tahu jeritanmu dari negeriku Indonesia
Aku dengar tangisanmu dari negaraku sang pitaloka
Aku marah melihat dirimu hai saudaraku diselimuti sang duka
Aku sedih dan menagis air mataku bak darah di luka merona
Larimu tiada arti lagi bahkan sia-sia
Di hadapanmu sudah berjajar senjata-senjata pencabut nyawa
Namun, rasa pedulimu terhadap tanah pertiwi tiada dua
Pekikan kalimat takbir membuatmu bagai bhirawa anoraga
Kami berharap semua mata dunia melihat
Kami berharap mulut dunia lantang berkalimat
ami berharap Telinga dunia mendengar isyarat
Namun ternyata semua palsu dan terkesan berkhianat
Kebesaranmu hanyalah bagai buih lautan
Rasa bersatumu kini pudar berganti keprihatinan
Kau asyik makan di atas puning-puning penderitaan
Kau tidur lelap disaat kami bersama sang banyi mungil ketakutan
Hanya pada-MU ya Robbi aku gantungkan kemerdekaan
Hanya padamu sang pembela kami dari negeri selatan
Hanya padamu sang bendera dua warna impian
Sujudku bagai tunaian ibadah dalam kegelapan
0 komentar:
Posting Komentar