Kadang tanpa disadari kita telah berbuat aniaya terhadap orang lain yang tanpa sebab musabab yang jelas. Kedengkian, dan perasaan iri atau meri akan karya kreatifitas orang lain, justeru akan menjadikan diri kita jauh dari hidup yang berkah. Namun memang dalam hidup kita tidak bisa menghindar dari sifat like and dislike dari orang lain tanpa melihat apa faktor penyebabnya. Namun bagi saya pribadi menghadapi lingkungan seperti itu memang harus pasang jurus strategis agar kita tidak masuk ke dalam retorika mereka yang bernilai negative thingking. Puisi ini berawal ketika melihat kedholiman merajalela dengan manisnya dikalangan lingkungan pendidikan. Mereka yang tulus ikhlas menyumbangsihan ilmunya ke siswa tanpa mellihat sebuah imbalan namun bekerja dan terus bekerja. Pada kenyataannya justeru mendapat cibiran dan gunjingan sebagai pahlawan kesiangan. Kelompok-kelompok itu membangun opini publik bahwa apa yang dilakukkan oleh guru integritas tinggi adalah menyalahi prosedur lembaga.
SAYAPKU
MASIH KOKOH
Kadang
jiwaku melayang terbang
Tinggi
dan terus tinggi bagai impian di atas angan
Celotehan
srigala-srigala yang malang melintang
Sayapku
akan terus Tak membuat jantung napasku berdegup kencang
Terbentang nan terbang
Menyibak tabir kepalsuan dalam
rona kehidupan
Jilatan lidahmu yang najis dan
terus menjulur panjang
Bagai ular betina tengik tidur
dan merangsang
Kini
terbangku jauh ke langit biru
Hingga
kau tak mampu mengejar dan memburuku
Lolongan
suaramu yang serak bagai keledai tertunduk malu
Terseok-seok
di jalan nestapa penuh duri sembilu
Cengkraman sang elang putih yang
kuat bagai tangan-tangan dewa
Membuka tabir kebusukan dan
kecurangan para Kurawa
Menggoyang dan mencabik-cabik
rasa adil di bumi Astina pura
Menggetar dan merobek jiwa naluri
sang baginda raja
Namun
semua itu tiada aku pedulikan lagi
Membawa
serak suara-suara sumbang di lautan api
Suara
durjana yang suatu saat membakar habis perasaan hati
Dalam
kegelapan di lubuk sanubari yang pasti orang tiada peduli
Serangan demi serangan aku tepis
dengan senyuman manis
Bagai gula Jawa di tepi bibir
sang gadis
Pukulan, tendangan maut yang
meraka lempar secara sadis
Itu hanya sebuah kiasan dan ilusi
dari mimpi burung belipis
Kegagahan,
integritas dan kegigihan diriku
Sanggup
membuat srigala dungu tertunduk malu
Tanpa
sanggup membuat karya dan catatan buku saku
Merintih
bagaikan tersayat luka rasa cemburu
Terbang...teruslah terbang jauh
tinggi lepaskan masa lalu
Wahai elang putihku nan syahdu
Tunjukkan pada dunia bahwa engkau
mampu dan mau untuk maju
Ciptakan haru dan bangga bagaikan
seorang guru yang selalu bangkit untuk maju
Matamu
tajam menatap masa depan
Tubuhmu
kekar dan berbulu lebat putih kesucian
Seputih
salju tujuan muliamu yang selalu menjadi perhatian
Dalam
melangkah meraih masa depan cerah seperti sang rembulan
by : saiful arif
Alumni TSC 2017 KPK RI
0 komentar:
Posting Komentar