"Kita harus tahu bahwa subsidi listrik itu besar, dan subsidi listrik itu belum tepat sasaran. Karena kita tahu bahwa di tahun 2004 jumlahnya masih baru Rp 3 triliun. Sekarang jumlahnya sudah sampai Rp 50 triliun atau lebih dari Rp 57 triliun," katanya di kantornya, Jakarta, Jumat (13/5).
Tambah dia, subsidi yang diberikan negara itu memang tidak tepat sasaran. Di mana, banyak yang menikmati subsidi itu adalah kelompok yang berpenghasilan menengah keatas.
Oleh karena itu, kata Agus, Kemenkeu memberikan indikasi bahwa pemerintah harus melakukan konversi subsidi itu dari subsidi yang sifatnya umum menjadi yang sifatnya terarah. Lanjutnya, selain meyakinkan subsidi itu jangan salah sasaran, menurutnya listrik harus dibuat secara efisien dalam bentuk gas.
"Karena itu langsung memberikan efisiensi terhadap pelistrikan. Begitu pula untuk listrik yang bertenaga batubara dapat berjalan sesuai schedule," imbuhnya.
Agus mengutarakan, ke depan hingga 2014, subsidi listrik yang sifatnya umum itu akan diturunkan. Pasalnya, pemerintah akan mengalihkan kepada subsidi listrik yang terarah bagi yang membutuhkan. [O-2]
sumber : suara pembaharuan
Oleh karena itu, kata Agus, Kemenkeu memberikan indikasi bahwa pemerintah harus melakukan konversi subsidi itu dari subsidi yang sifatnya umum menjadi yang sifatnya terarah. Lanjutnya, selain meyakinkan subsidi itu jangan salah sasaran, menurutnya listrik harus dibuat secara efisien dalam bentuk gas.
"Karena itu langsung memberikan efisiensi terhadap pelistrikan. Begitu pula untuk listrik yang bertenaga batubara dapat berjalan sesuai schedule," imbuhnya.
Agus mengutarakan, ke depan hingga 2014, subsidi listrik yang sifatnya umum itu akan diturunkan. Pasalnya, pemerintah akan mengalihkan kepada subsidi listrik yang terarah bagi yang membutuhkan. [O-2]
sumber : suara pembaharuan
0 komentar:
Posting Komentar