Berikan Pendapat Anda tentang WI Berikan komentar positif dan santun demi pengembangan konten yang lebih menarik serta lebih faktual dengan berita ilmu yang bermanfaat bagi kita semua pada tahap selanjutnya, untuk partisipasi anda semua saya ucapkan Terimakasih

BELA NEGARA CERMINAN SIKAP BERANI

(Perjuangan Pendidik dan Penyuluh)

 

Penulis : Saiful Arif

PAKSI – JATIMPAK

PERGUNU – DEPARTEMEN LITBANG

Memberikan Pemahaman Integritas



Saya tertarik dengan materi yang disampaikan oleh nara sumber dalam acara “SOSIALISASI PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DAN KARAKTER KEBANGSAAN” di sebuah kota yang sejuk dan dingin. Dalam paparannya, banyak memberikan contoh negara-negara lain tentang bagaimana sikap kenegaraan dan kecintaannya dalam membela negara. Memang ada benarnya apabila sikap bela negara harus dimulai dari rasa kecintaan pada negerinya. Seperti tragedy peperangan di negara Ukraina dan Rusia rupanya dijadikan role model bagaimana warganya diwajibkan militer usia 16 tahun ke atas. Ini membuktikan bahwa, betapa negara ini sangat membutuhkan kehadiran rakyatnya untuk membela tanah airnya dari ancaman musuh. Tetapi negara pun harus hadir saat masyarakat membutuhkannya. Kasus Langkah dan mahalnya minyak goreng rupanya menjadikan rakyat kecewa karena negara tidak hadir sebagai win win solution. Bagaimana mungkin bisa terjadi demikian jika negeri ini penghasil kelapa sawit terbesar di dunia namun minyak goreng di masyarakat menjadi Langkah dan mahal.

Namun, kali ini saya akan sedikit memperlebar makna bela negara secara komprehensip yaitu perjuangan pendidik dan penyuluh. Kita tahu tugas pokok pendidik adalah mengajarkan, mendidik, mengarahkan, melatih, mengevaluasi serta menilai peserta didik dalam proses belajar. Tugas murni sebagai pahlawan tanpa tanda jasa memang begitu mulia jika dipahami serta dijalankan sesuai definisi tersebut di atas. Definisi bela negara bagi saya adalah melakukan hal-hal yang bisa mengangkat derajat serta martabat bangsa agar bisa bersanding dengan negara lain menjadi lebih baik. Apakah dari sektor pendidikan, ekonomi, hukum serata karakter warganya. Mungkin masih belum sepenuhnya pendidik memahami semuanya tentang arti dalam makna sebenarnya membela tanah air. Dalam lagu hubbul wathon dijelaskan apabila cinta tanah air adalah bagian dari iman. Begitu banyak penekanan-penekanan kalimat tersebut untuk dipahami secara substansial agar kita menjadi warga yang peduli akan kelangsungan kehidupan bernegara.

Tugas guru dalam menghadapi siswa di kelas merupakan kesempatan yang baik untuk menyampaikan hal-hal yang mampu membangkitkan sikap cinta tanah air. Jangan sampai kasus seorang mahasiswa tidak hafal dengan sila-sila Pancasila. Miris dan memalukan sebagai masyarakat intelektual yang hidup di negeri tercinta dengan ideologi PANCASILA namun tak memahami kandungan yang ada di dalamnya. Kekhawatiran kita sebagai guru atau pendidik adalah suburnya sikap intoleran pada orang lain yang berbeda pendapat. Sikap ini berawal karena siswa tidak pernah mendapatkan pengajaran tentang bagaimana cara mencintai negeri ini. Tugas pendidik ini adalah bagian dalam membela negara karena memang ada misi dan juga visi menuju ke arah tersebut. Penanaman pekerti akan mencintai tanah air dan juga memahami isi kandungan Pancasila memang harus dimulai dari pendidik yang unggul dan professional.

Realitas yang terjadi walaupun tanpa sadar dari beberapa guru telah melakukan pengabaian calon pemimpin bangs aini. Sikap malas serta tak mempunyai kemampuan pedagogik adalah faktor utama yang sekarang marak terjadi di banyak Lembaga ini. Akankah negeri ini hancur dari sisi Pendidikan anak di bangku sekolahnya? Atau kehancuran negeri ini dimulai dari kepedulian guru yang luntur bagai kain terkena bahan pemutih?. Harapan itu memang tidak kita inginkan, namun fakta adalah sangat bertolak belakang. Terus terang saya sudah 22 tahun berkecimpung dalam dunia Pendidikan dengan pahit ketir perjalanan menuju Lembaga yang berintegritas. Lurus dan komitmen dalam menjalankan Amanah demi terbentuknya karakter anak bangsa dan semua itu hanya isapan jempol. Jika saya mau jujur menulis, masih banyak teman sesama guru yang tidak serius dalam medidik siswa. Mereka menjadikan Lembaga sebagai pengganti tempat kerja, manakala pabrik sudah tak menerimanya. Lembaga menjadi sapi perah dan menumpuk jam pelajaran, namun tak mampu melaksanakan. Menjadi korban sangat jelas sekali yaitu SISWA.

Misi guru an penyuluh sebenarnta satu garis yang sejajar dan lurus yaitu mendidik siswa mempunyai karakter yang baik. Dalam penyuluhan telah dikenalkan nilai karakter yang baik serta berintegritas yaitu 9 nilai antikorupsi. Namun ada yang berbeda dan sangat menyolok sekali antara beberapa pendidik dan penyuluh antikorupsi yaitu jika menjadi guru harus lulus kependidikan dan bisa menjadi guru di Lembaga mana saja tanpa seleksi yang sangat ketat (kecuali ASN). Sehingga kompeten sebagaian guru ini perlu masih dipertanyakan terutama komitmen dalam tugas-tugas mulianya untuk dijalankan sebagaimana amanh undang-undang guru dan dosen. Jika penyuluh antikorupsi melaluhi seleksi yang sangat ketat sekali dengan SKKNI dan beberapa UK yang harus dikuasai serta mampu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jejak elektronik dalam situs aksesku bukan isapan jempol saja. Latar belakang mereka penyuluh berbagai macam seperti ada yang dari inspektorat baik daerah atau propinsi, widya swara, BPSDM, dosen, guru juga komunitas semuanya ada. Dengan komitmen yang tinggi serta mentaati kode etik dari LSP KPK, harus dijalankan sebagai mana mestinya. Terbukti Ketika ada uji kenaikan tingkat dari Pratama menuju Muda dalam RCC adalah bentuk pembuktian dari laporan-laporan elektronik yang ada di aksesku. Semuanya harus mampu dipertanggung jawabkan pada asesor one by one mulai UK1 sampai UK9. Tugas pokok penyuluh adalah melakukan pencegahan serta edukasi bagi ASN atau masyarakat agar tidak melakukan perbuatan yang menuju tindakan KORUPSI. Kecurangan, gratifikasi, pemerasan, penyalahgunaan jabatan, merugikan keuangan negara adalah semuanya bagian dari tindakan KORUPSI. Melaluhi devisi Pendidikan, para penyuluh tentu harus punya kemapuan untuk membangun sebuah jaringan dengan pihak lain. Kampus dan sekolah diberbagai jenjang memang menjadi mitranya dalam mensosialisasikan 9 nilai antikorupsi serta dampak yang ditimbulakannya.

Sungguh berat jalan setapak yang harus dilaluhi para PAKSI ini. Tidak hanya korban waktu serta tenaga, namun terkadang harta benda untuk mendukung aksinya. Makna bela negara dalam arti yang holistik memang tidak sekedar angkat senjata untuk berperang melawan musuh negara. Kondisi sekarang negara dalam keadaan aman dan tentram, maka bela negara dalam arti angkat senjata memang tidak perlu dilakukan. Tetapi bela negara dengan tugas menyelamatkan tunas-tunas bangsa dari kehancuran moral adalah kewajiban kita semua termasuk pendidik serta PAKSI. Korupsi bukan hanya dilakukan oleh orang biasa dan pejabat, namun terkadang seorang kiai dan ini sangat memalukan. Sehingga kita berkesimpulan tentang perbuatan mereka adalah belum tertanamkan nilai agama dalam hati dan jiwa. Oleh karena itu tugas pendidik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan PAKSI yaitu sama-sama menyelamatkan anak bangsa dan juga masyarakat dari kehancuran moral dan prilaku yang baik.

Masih banyak siswa yang belum memahami Pancasila sebagai bukti rasa cinta pada negara ini. Pancasila adalah dasar ideologi berbangsa serta bernegara. Pancasila adalah hasil consensus para pejuang bangsa waktu itu. Sementara Pancasila juga terdapat dalam UUD 1945 walaupun tidak disebutkan kata sila 1 sampai sila ke 5. Dalam kondisi apa pun pembukaan UUD 1945 tidak boleh dilakukan perubahan. Karena UUD 1945 diibaratkan sebagai AKTE KELAHIRAN bangsa Indonesia serta sebuah pengakuan dari para ulama serta pahlawan tentang rahmat kemerdekaan Indonesia. Semuanya itu harus diketahui serta diajarkan ke siswa juga masyarakat agar mereka tahu betapa mulianya nilai kandungan Pancasila yang mampu mengikat warga menjadi negara kesatuan Rpublik Indonesia (NKRI). Jika pendidik tidak mau tahu tentang nilai karakter siswanya, maka ini adalah awal kehancuran sebuah negeri. Akan sangat kecewa dari para founding father negeri ini dengan perjuangan yang sudah mereka lakukan waktu itu. Pancasila sangatlah Al Qur’ani sekali, sebab tidak ada satu sila pun yang bertentangan dengan isi kandungan dalam Al Qur’an. Penyusun serta perumus Pancasila pun adalah para kiai dan tokoh nasional. Jadi memang seharusnya jika kandungannya juga mengandung ajaran Al Qur’an.

Jadi jelas sekali bela negara yng dimaksud dari para pendidik serta penyuluh antikorupsi adalah memperjuangan serta menanamkan nilai karakter yang baik seperti peduli, bertanggung jawab, kerja keras serta yang lainnya. Sehingga suatu saat menjadi pemimpin bangsa, maka nilai itu sudah tumbuh subur dalam hati yang teraktualisasi dalam kehidupannya. Siswa dan masyarakat juga harus disadarkan bahwa negara ini terdiri dai berbagai macam keyakinan serta perbedaan suku dan ras. Melaluhi pelajaran PPKN mungkin guru mencoba mengenalkan keberagaman ini. Penanaman sikap toleransi serta mau menerima perbedaan adalah hal yang paling urgent agar menjadi masyarakat yang santun serta tak terbiasa mencaci serta menghujat bagi yang lainnya. Saya punya sahabat china dan sangat baik sekali. Terbukti ketika mereka merayakan ulang tahun atau natal selalu mengirimi cindra mata yaitu kue dan nasi. Simbol kerukunan tanpa mempengaruhi keyakinan satu dengan yang lainnya. Jika sikap toleran ini sudah tertanam dengan baik pada siswa atau masyarakat, maka Indonesia akan menjadi negara yang kuat secara kultural. Namun berdasarkan hasil penelitian disebuah kota di Jatim menunjukan penurunan sikap toleransi yaitu sebesar 7%. Ini memang miris disaat Indonesia terkenal dengan sikap santun dan ramahnya, masih ada daerah yang tidak mau toleran pada yang lainnya terutama perbedaan keyakinan.

Sekali lagi, jika perjuangan pendidik dan PAKSI sangat dibutuhkan untuk membangun negeri menuju negara yang berkeadilan sosial bagi warganya. Pancasila telah menyebutkan kata “ADIL” sampai dua kali yaitu sila 2 dan sila ke 5. Sungguh rasa keadilan ini mulai terkikis dalam kehidupan kita sebagai bangsa yang majemuk atau sebagai bangsa yang MULTIKULTURALIS yang memang sebuah keniscayaan. Perbedaan dikalangan masyarakt kita sekarang bukan dianggap sebagai “Rahmatan”, tetapi hal yang harus dihindari hingga sampai ketingkat penghujatan menganggap diri paling benar. Sikap yang tak mau menerima perbedaan memang sengaja ada yang menghembuskan ke masyarakat melaluhi media sosial yang sangat berdampak dalam penyampaian informasi global. Menjadi arif dan bijak jika semuanya kita saring dan dipikir sebelum berpendapat apalagi yang membawa dampak pada kehidupan masyarakat kita. Peran guru dan PAKSI sangat diperlukan agar 9 nilai antikorupsi betul-betul tertanam dengan baik melaluhi pembelajaran juga sosialisasi diberbagai pihak terutama Lembaga Pendidikan. Amin

 

#tetapsemangat                                  #beranijujurhebat

0 komentar:

Posting Komentar