Berikan Pendapat Anda tentang WI Berikan komentar positif dan santun demi pengembangan konten yang lebih menarik serta lebih faktual dengan berita ilmu yang bermanfaat bagi kita semua pada tahap selanjutnya, untuk partisipasi anda semua saya ucapkan Terimakasih

AKHIRNYA DATANG DAN TERBUKTI

Mulai terbukti pilihan tepat bapak presiden Jokowi. Mendikbud dari milenial berpikiran revolusi industry 4.0 yang jago dunia online. Ketika sekolah dipindahkan ke rumah, Mendikbud tidak bingung, gemetr apalagi kaget, bahkan protes terhadap keadaan yang sedang terjadi. Kebiasaan baru! Dan tidak gagap, apalagi gawok (jawa). Jika terbukti lebih efisien dan efektif, mengapa tidak dilanjutkan saja? Sekolah lebih tepat ke fungsi alamiahnya, yaitu sebagai lembaga untuk mendapatkan ijazah. Bukankah faktanya selama ini demikian? Kita tingkatkan sebagai lembaga penjamin mutu. Oleh karena itu boleh saya katakana bahwa “Ijazah sebagai tanda bahwa kita pernah bersekolah, tetapi bukan tanda bahwa kita pernah berpikir”. Kebanyakan siswa kita memperoleh hasil belajar bukan karena sepenuhnya kompetensi mereka, namun sebgi tuntutan nilai minimal atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang wajib diberikan oleh guru ke siswa dengan berbagai metode.
Jujur, pada sejumlah topik, belajar melalui Youtube jauh lebih baik daripada guru yang sudah berhenti belajar. Ruang guru boleh jadi lebih efektif dan efisien daripada ruang kelas. Guru, bisa seperti dokter atau notaris, yang dapat membuka praktik pada jam-jam tertentu yang sesuai kondisi masing-masing. Tentu saja mereka bersaing dengan sesama guru-guru yang lain dan juga media online yang lain pula. Dan persaingan menciptakan kuwalitas. Sementara itu orang tua dan atau anak-anak bebas memilih, mau belajar apa, dimana, kapan dan kepada siapa. Pendidikan karakter? Tidak ada yang lebih tepat dalam ajaran keluarga selain kedua orang tua. Jika kurang, orang tua bisa memercayakan kepada seorang kyai kampung yang tulus, atau petani yang ulet, atau masih banyak pilihan, dengan tetap orang tua sebagai yang utama. Pendidikan kita selama ini terjerat kejumuhan. Selalu terpuruk, padahal anggaran sudah jor-joran. Masih mau cara biasa? Pola lama mau diteruskan?
Namun, tidak mudah mengubah budaya yang sudah berurat akar secara massive, hingga tiba-tiba tentara Allah bernama virus Corona menyapa. Di balik kesulitan, tentu ada kemudahan. Semoga bangsa ini dapat memanfaatkan momentum dahsyat ini. Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar