MENANAMKAN
PENDIDIKAN KARAKTER ANAK
DENGAN KONSEP KELUARGAKU SYURGAKU
Gb. Keluarga Harmonis |
A.
Latar Belakang
Pentingnya memberikan pendidikan informal bagi generasi penerus
(anak) sangat menentukan keberhasilan pembangunan karakter sikap dan mental anak.
Kemampuan dan kesabaran orang tua adalah kata kunci dimulainya sebuah penanaman
karakter. Berawal dari keluargalah masa depan sebuah negara di pertaruhkan.
Jika keluarga mampu membentuk karakter dan akhlakul karimah yang baik, maka
bisa dipastikan bangsa akan mempunyai sosok pemimpin yang amanah, fathonah,
tabligh, dan sidik seperti akhlak seorang nabi. Memang tidak bisa
dipungkiri bahwa penanaman pendidikan karakter ini sungguh menjadi pekerjaan
yang tidak gampang diselesaikan begitu saja untuk mencapai hasil yang maksimal.
Perlu beberapa komponen yang terlibat dan saling bersinergi untuk merapatkan
barisan dalam mensukseskan program pendidikan karakter tersebut.
Keluarga adalah payung disaat hujan bagi anak, sahabat disaat
kesepian dan bahkan lampu penerang disaat kegelapan. Anak sebelum memasuki
dunia formal tentu ada pembelajaran dan pembiasaan-pembiasaan dalam pembentukan
sikap yang baik dan positif di lingkungan informal (keluarga). Fenomena selama
ini yang sering dijumpai adalah banyaknya konflik internal antara anak dengan
orang tua yang mengakibatkan terjadinya gap dan missed communications.
Larinya anak-anak dalam dunia gelap tentu sebagai implikasi dari hubungan yang
tidak harmonis antara kedua belah pihak. Kasus narkoba yang terjadi tentunya
bukan dianggap kejadian biasa tetapi sudah menjadi kejadian "darurat
narkoba". Karena jika kita ingin melihat negara ini maju serta adil dan
makmur dengan pemimpin yang amanah maka lihatlah bagaimana keadaan, kualitas serta
karakter generasi mudanya sekarang ini.
Tidak gampang memang dan butuh keyakinan, energi besar serta
kesabaran yang tinggi jika ingin mendapatkan hasil pemuda sebagai sosok
pemimpin negara atau minimal sebagai pemimpin keluarga di masa yang akan datang.
Keluarga adalah satuan unit terkecil yang terdiri dari berbagai macam komponen
dan saling terkait satu dengan yang lainnya secara hirarkis. Oleh sebab itu
dari sini pendidikan secara simultan itu dimulai dan apabila dalam
penanaman fondasi mental juga spiritual kuat, maka bangunan apapun yang akan
didirikan akan lebih mudah dan gampang serta menghasilkan bangunan yang tegak
dan kokoh.
Komunikasi yang dibangun dikeluarga secara kondusif, antara anak,
orang tua juga lingkungan keluarga adalah faktor penunjang yang utama. Masalah
dan gangguan dari luar yang merupakan faktor eksternal akan mudah diselesaikan
dengan baik. Realitas yang ada sekarang dari hasil survai di lingkungan dan
lembaga pendidikan adalah karakter anak yang semakin jauh dari sifat sosial dan
akhlakul karimah mulai terkikis. Salah satu faktornya yaitu perkembangan
teknologi yang semakin pesat tanpa ada fungsi kontrol pada diri anak secara
maksimal. Sehingga menjadikan pribadi yang ego tanpa mau bersosialisasi dengan
yang lainnya. Teknologi-teknologi seperti Hand phone (HP) atau lebih dikenal
oleh orang barat dengan mobile telah menciptakan sistim yang berdampak
pada sikap anak yang tidak mau tahu dengan orang lain. Teknlogi ini telah menghipnotis
anak dengan baik tanpa ada filterisasi dari lingkungan keluarga. Jika ini
dibiarkan secara continue tentu yang rugi adalah orang tua. Menghasilkan
generasi yang pintar dan cerdas karena ada metodologi pembelajaran secara
langsung, tetapi rendah nilai berkarakter dalam sikap dan sosial masyarakat
yang baik.
Banyak anak yang bisa berinteraksi dengan keluarga secara baik, hal
ini tentu mereka menganggap bahwa keluarga adalah segalanya. Seperti disinggung
di atas orang tua mampu menjadi sahabat, menjadi payung dan juga menjadi
penerang disaat anak membutuhkan kasih sayang. Keharmonisan tercipta sebagai
bentuk manifest hubungan link kecil terjalin secra sempurna. Sehingga pengaruh
teknologi apapun yang akan dipakai, semuanya hanya sebagai nilai pembantu saja
bukan sesuatu yang utama. Kita tidak bisa memungkiri masa digitalisasi di era
milenium seperti sekarang ini penuh dengan tantangan juga peluang. Namun kita
harus bisa belajar (sebagai orang tua) menghadapi tantangan dari dampak negatif
sebuah percepatan teknologi. Jika kondisi ini ditanggap sebagai peluang dalam
mengantarkan generasi muda yang cerdas dan martabat. Maka perkembangan
teknologi akan mewarnai dan menghiasi pribadi anak-anak kita lebih bermanfaat
lagi. Tidak bisa perkembangan teknologi kita bendung dengan sekuat tenaga agar
tidak mendatangi, menghiasi kehidupan anak-anak. Namun perkembangan ini sebagai
nilai peluang untuk mempercepat nilai informasi pada diri anak. Dampingan orang
tua pada anak-anak akan memberikan stimulus untuk lebih mengarah pada pemanfaatan
tenologi untuk menuju pada hal-hal positif dan berdaya guna maupun saing tinggi
sehingga dapat menciptakan produk atau hasil demi kemaslahatan umat manusia.
B.
Pendidikan Karakter
Pendidikan ini secara otomatis terus
dicover oleh keluarga yang merupakan awal dari penanaman karakter kepada anak. Pendidikan
karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu
tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk penyempurnaan diri
individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah
hidup yang lebih baik. Penguatan
pendidikan moral (moral education) atau pendidikan
karakter (character education)
dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang
melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya
pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja. kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan
menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi,
dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat
ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikkan
karakter. Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral
knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral
(moral
behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa
karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk
berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.
Di era seperti sekarang ini tugas berat bagi orang tua sebagai
tonggak pendidikan awal dan dasar di keluarga. Tidak mungkin keberhasilan dalam
pendidikan tanpa ada campur tangan dari keluarga dan masyarakat secara sinergi.
Terbitnya Permendikbud no 30 th 2017 tentang pelibatan keluarga dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dengan adanya payung hukum ini tidak ada alasan
bagi kita untuk tidak ikut campur dalam pembangunan karakter anak bangsa sebagai
amanah UUD 1945 alinea ketiga.
C.
Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Tambahan
Sebagai orang tua sangat penting bahkan menjadi suatu keharusan
bisa mengarahkan anaknya ke dunia kesuksesan yang sebenarnya. Memberikan
pemahaman dalam keluarganya untuk bisa dimanfaatkan secara positif untuk menambah
pengetahuan lain yang tidak didapatkan di lingkungan formalnya.
Pemahaman-pemahaman manfaat positif tentang teknologi seperti teknologi android
kepada sang buah hati adalah bentuk iplementasi pendidikan di dalam lingkungan
keluarga. Menjadikan alat tersebut sebagai media pembelajaran online
dengan memberikan dan mencarikan nilai-nilai positif bagi sang buah hati.
Misalnya teknologi Whatsapp (WA) sebagi forum belajar bersama-sama antar
sahabat dengan satu sekolah yang sama pula. WA sekarang dikembangkan menjadi
kelas online oleh guru yang kreatif cerdas dan berpikir. Selama ini
konten WA hampir sama dengan konten facebook (FB) yang berisi tentang narsis,
hujatan kebencian antar teman dan hal-hal yang bersifat negatif. Tetapi kemudian
WA disulap menjadi bentuk kelas online dimana sang guru bisa menempatkan
materi pembelajaran secara langsung dan bersama-sama. Kemampuan dan kreatifitas
orang tua sungguh sangat diperlukan demi mendampingi sang anak menuju insan
peduli dan memahami fanfaat secara langsung teknologi dalam sisi positif.
D.
Keluargaku Syurgaku
Keluarga adalah tempat bernaung seorang anak dalam keadaan apa pun.
Tugas keluarga dan pemerintah membentuk pendidikan dasar dan fundamental ini
harus secara kontinu dan simultan. Adapun pendidikan tersebut adalah ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu
, Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,
Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai
prestasi, Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan,
Peduli social, Tanggung jawab. Semua bisa berawal dari keluarga terutama
seorang ibu dan ditindaklanjuti di lingkungan pendidikan formal. Semuanya tidak
akan berhasil jika tidak ada rasa persatuan dan kesatuan diantara
konponen-komponen keluarga. Keluarga yang sakinah merupakan satu indikator
penting untuk mewujudkan generasi mendatang lebih berkarakter lagi dengan
mental yang kuat dan pribadi yang arif bijaksanan.
Keluarga sakinah adalah potret
kehidupan berumah tangga ideal yang ada dalam Islam. Dalam keluarga sakinah ini
fungsi dari sebuah keluarga dibangun dari hubungan suami isteri melalui sebuah
pernikahan yang sesuai dengan syariat agama untuk membangun kehidupan yang
bahagia, tenang serta saling memenuhi hak dan kewajiban dalam kehidupan berumah
tangga yang terjadi atas dasar perasaan cinta dan kasih sayang, sesuai perintah
Allah SWT. Dalam perkembangan selanjutnya akan mendapatkan keturunan yang
berkualitas pula terutama berakhlakul karimah. Keluarga sakinah yang merupakan
miniatur seperti syurga sangat mungkin akan mampu menjalin komunikasi yang baik
antara komponen keluarga untuk menyatukan misi dan visi keluarga tersebut. Juga
tidak menutup kemungkinan bahwa peran aktif keluarga untuk melanjutkan
cita-cita pemerintah tersebut akan segera terealisasi dan ditindak lanjuti di
pendidikan formal (TK, SD, SMP, SMA dan PT).
E.
Kesimpulan
Tidak ada kesuksesan anak tanpa dimulai dari
fungsi dan peran keluarga. Keluarga merupakan pilar penting untuk membentuk
generasi pemimpin yang bermartabat. Tindak lanjut yang diteruskan di pendidikan
formal tentang pembentukan ketrampilan dan mental anak merupakan tindak lanjut
dari pendidikan informal di keluarga. Simultan dan kontinu pembangunan karakter
anak merupakan jawaban dari tindak lanjut program pemerintah yang sekarang
menjadi tugas bersama-sama. Oleh karena itu marilah sebagai orang tua, guru
juga masyarakat memberikan lingkungan yang kondusif kepada anak-anak agar
mereka mempunyai ruang nyaman dalam pencarian jati diri sebagai makhluk sosial.
Jangan menyelesaikan maslah anak dengan kekerasan
apalagi tekanan-tekanan psikologi yang negatif. Tentu akan menjadikan pola
pikir anak anarkis dan kurang peka terhadap sosial masyarakat. Rasa bijak dalam
penyelesaikan kasus anak merupakan tindakan yang positif sebagai bentuk
pencegahan kenakalan remaja yang semakin hari semakin tidak terkontrol. Jawaban
di lingkungan keluarga dan keikutsertaan atau andil yang maksimal dengan
didasari kesabaran tiada henti akan mampu sekaligus mencetak generasi bangsa lebih baik dan berkualitas.
#sahabatkeluarga
0 komentar:
Posting Komentar