Berikan Pendapat Anda tentang WI Berikan komentar positif dan santun demi pengembangan konten yang lebih menarik serta lebih faktual dengan berita ilmu yang bermanfaat bagi kita semua pada tahap selanjutnya, untuk partisipasi anda semua saya ucapkan Terimakasih

SEPATU-SEPATU SANG JENDRAL


Sepatu merupakan alas kaki yang berfungsi untuk melindungi dari benda-benda tajam. Allah mmenciptakan dua buah kaki untuk di jaga dan di gunakan menuju jalan yang benar dan diridhoi. Sholat memang berdiri diatas dua kaki bagi yang mampu dan normal. Masjid adalah tempat beribadah dan perenungan diri bagi semua umat islam. Masjidlah tempat satu-satunya yang dianggap sakral bagi umat islam karena mempunyai nilai tinggi dan mulia dimana seorang hamba dapat melakukan hubungan batinia dengan sang maha Pencipta. Rumah Allah adalah masjid-masjid di permukaan bumi yang harus selalu dijaga kesuciannya, agar para jamaah dapat menjalankan sholat dan rukun-rukunnya dengan tertib dan benar.
Di dalam masjid semua orang kedudukannya sama  di hadapan Allah. Yang membedakan hanyalah ketaqwaan seorang hamba. Tidak ada kaum sahaya atau sang kaya, sipil atau tentara, kopral atau sang jendral semua sama tanpa kecuali. Tetapi justru kadang ada manusia merasa diri lebih tinggi dan terhormat dari pada yang lainnya karena suatu jabatan dan kedudukan di dunia ini. Tentu ini akan menjadi diskriminasi diantara sesama jika dilihat dari segi sosiologi. Menganggap manusia yang lain tidak lebih baik dari dirinya. Padahal Allah tidak demikian.
Setiap jamaah ketika masuk masjid baik di dalam ruang masjid atau berada di teras masjid, wajib menjaga kesucian dan kebersihan dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Misalnya, ketika hujan tidak sepantasnya seseorang menggunakan masjid hanya untuk berteduh, tentu dalam etika kurang sopan. Dalam melakukan ibadah dalam masjid pun seseorang harus menjaga etika (tatakrama) beribadah, memulai masuk masjid dengan kaki kanan, melepas alas kaki di luar masjid atau ditempat-tempat yang memang disediakan oleh ta’mir masjid. Hal ini, bertujuan untuk menjaga kesucian dalam masjid.
Namun, tidak seperti yang dilakukan para sang tentara-tentara yang gagah dan pemberani bagaikan sang jenderal, yang menggagap masjid rumah Allah adalah seperti rumah para rakyat jelata. Menggunakan pakaian kebesaran, dengan gagah dan sombong mereka masuk ke rumah Allah tanpa etika dan sopan santun. Memakai alas kaki yang masih kotor dan najis akibat hujan deras, mereka masuk ke masjid untuk melakukan sholat berjama’ah. Logika sederhana, ibarat masuk kerumah kita yang mempunyai keperluan dan kebutuhan dengan cara kurang sopan dan seenaknya saja mengotori lantai rumah kita tanpa lepas alas kaki karena merasa diri mereka adalah orang-orang hebat. Tentu tindakan ini tidak bisa ditolelir atau di ma’afkan. Bagaimana dengan rumah Allah?
Sepatu sang jenderal ini ibarat dewa yang ditempatkan lebih tinggi dari yang lainnya. Sepatu yang mungkin harganya milyaran rupiah sehingga hujan pun harus naik ke lantai suci masjid. Hebat...hebat...hebat, patut mendapatkan aplaus dari iblis-iblis laknatullah ’alaih. Sang jendral pun sholat tanpa disadari bahwa dirinya telah melakukan kehinaan di hadapan yang ia sembah.
Manusia dalam hidup memang harus mengenal aturan dan norma, sopan santun antara sesama, lebih-lebih dengan sang pencipta. Selang beberapa saat setelah sang tentara memarkir sepatunya di atas lantai suci masjid, datanglah seorang perwira untuk melaksanakan sholat  dimasjid yang sama pula bersama anaknya naik mobil mewah. Sesampainya di depan masjid anaknya pun bilang sama sang ayah ”ayah sepatunya kok nggak dilepas” sang ayah pun menjawab dengan entengnya ” Tidak apa-apa, naikkan saja kelantai karena hujan dek”. Lalu sang anak pun ikut seperti sang ayah yang tidak melepas sandalnya di lantai masjid. Subhanallah, memang benar kata pepatah ”Ayah kencing berdiri, anak kencing sambil berlari”. Apa yang kami tulis berdasarkan pengalaman nyata kami, saat tidak sengaja kami berteduh di pinggir sebuah masjid di sebuah kota. Semoga tulisan ini menjadi koreksi bersama-sama bagi kita agar selalu menempatkan diri sama dengan yang lainnya di hadapan Allah sang maha penyanyang, lebi-lebih di dalam masjid. Wallu’alam (saiful arif/WI)

0 komentar:

Posting Komentar