Berikan Pendapat Anda tentang WI Berikan komentar positif dan santun demi pengembangan konten yang lebih menarik serta lebih faktual dengan berita ilmu yang bermanfaat bagi kita semua pada tahap selanjutnya, untuk partisipasi anda semua saya ucapkan Terimakasih

PERGESERAN DALAM PENAWARAN TENAGA KERJA

Andaikan saja suatu ketika arus imigrasi meningkatkan jumlah pekerja yang bersedia memetik apel. Sebagaimana diperlihatkan oleh Cambar 18-5, lonjakan jumlah calon pekerja itu menggeser kurva penawaran tenaga kerja keselah kanan, yakni dari S, menjadi S2. Pada tingkat upah semula atau W1 kuantitas tenaga kerja yang baru jauh melampaui kuantitas permintaannya. Surplus tenaga kerja ini pun menekan upah bagi jasa pemetik apel, dan penurunan upah tersebut membuat pihak perusahaan tetap dapat memetik laba dengan merekrut lebih banyak pekerja. Ketika jumlah pekerja di setiap perkebunan apel bertambah banyak, produk marjinal dari setiap pekerja turun, dan demikian pula haInya dengan nilai produk marjinalnya.


Pergeseran dalam Penawaran Tenaga Kerja. Ketika penawaran tenaga kerja me ningkat dari S, menjadi S2, misalnya karena arus irnigran yang mencari pekerjaan, maka upah ekuilibrium akan turun dari W, menjadi W2. Dengan upah yang lebih murah ini, perusahaan-perusahaan akan merekrut lebih banyak tenaga kerja, sehingga penyerapan tenaga kerja pun meningkat dari L, menjadi L2. Perubahan upah mencerminkan adanya perubahan nilai produk marjinal tenaga kerja: Dengan adanya lebih banyak pekerja, tambahan output yang dihasilkan setiap adanya penambahan pekerja menjadi lebih kecil

Dalam ekuilibrium yang baru, baik upah maupun nilai produk marjinal lebih rendah dari pada sebelumnya, yakni sebelum arus imigrasi itu terjadi. Sebuah kisah nyata dari Israel dapat irnengilustrasikan bagaimana pergeseran dalam penawaran tenaga kerja mengubah ekuilibrium di pasar tenaga kerja. Hampir sepanjang dekade 1980-an, ribuan Orang Palestina meninggalkan pemukiman mereka yang masih dikuasai Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza untuk mencari pekerjaart di Israel, terutama di sektor konstruksi dan pertanian Kekacauan. politik pada tahun 1988 yang melanda wilayah-wilayah pendudukan tersebut mendorong pemerintah Israel mengadakan pembatasan secara ketat terhadap para pekerja Palestina. Kontrol jauh diperketat, perne riksaan ijin kerja ditingkatkan, dan jam malam bagi warga keturunan Palestina di wilayah Israel digalakkan. Dampak ekonomis yang muncul ternyata persis sama seperti yang diprediksi Oleh teori yang telah kita bahas: Jumlah pekerja Palestina di Israel. berkurang tinggal separulmya, dan separuh pekerja yang beruntung dapat mempertahankan mata pencahariannya mengalami kenaikan upah sekitar 50 persen. Akibat susutnya jumlah pekerja Palestina di Israel, nilai produk marjinal para pekerja yang tersisa menjadi jauh lebih tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar