Berikan Pendapat Anda tentang WI Berikan komentar positif dan santun demi pengembangan konten yang lebih menarik serta lebih faktual dengan berita ilmu yang bermanfaat bagi kita semua pada tahap selanjutnya, untuk partisipasi anda semua saya ucapkan Terimakasih

GURU ABAL-ABAL

Penulis
SAIFUL ARIF
Alumni Teacher SuperCamp 2017 KPK RI
 
General Manager samart warta ilmu

           Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU no. 14 tahun 2005 pasal 1). Sementara undang-undang no 20 tahun 2003 tentang  sistem pendidikan nasional pasal 39 (2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Begitu mulianya dan komplek tugas dan kewajiban seorang guru untuk tampil menjadi tenaga profesional di depan kelas. Kepiawaian dan kecerdasan guru sangat mempengaruhi keberhasilan dalam penyampaian mata pelajaran dalam kelas. Selain itu guru juga dituntut untuk selalu bekerja keras dan terus melakukan evaluasi terhadap treatment yang telah dilakukan kepada siswa di dalam kelas. Evaluasi ini pun juga mempunyai tujuan agar dapat menemukan kelebihan atau kekurangan dalam pembelajaran guna perbaikan selanjutnya. Pasti di dalam kegiatan belajar mengajar mengalami masa fluktuatif baik dari sisi pribadi maupun peserta didik. Fluktuatif yang dimaksud adalah keadaan kejiwaan siswa maupun guru dalam menyampaikan atau menerima pembelajaran karena faktor lingkungan yang ada.
Dalam penelitian Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap prestasi dan efisiensi kerja oleh saiful arif menyatakan bahwa Kepemimpinan adalah faktor utama untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Konteks organisasi ini bisa secara luas misalnya "kelas". Menejemen guru di kelas yang selalu melakukan evaluasi dan pantuan dinamika siswa yang mempunyai karakter yang berbeda. Tentu dalam situasi seperti ini guru menggunakan tenaga ekstra besar dan melelahkan untuk mencapai hasil. Dinamika yang dimaksud adalah kenakalan anak di dalam kelas yang bisa mempengaruhi teman yang lainnya. Guru sebagai fungsi kontrol untuk menetralisir agar tidak terlalu jauh pengaruh negatifnya pada sistem lebih-lebih yang kondusif.
Namun kenyataannya, tidak semua guru bisa melaksanakan tugas mulia ini lebih-lebih melakukan flash back terhadap hasil pembelajaran waktu itu. Realitas yang ada banyak guru yang hanya datang mengajar di dalam kelas, mencatat, menjawab soal dengan lembar kerja siswa (LKS). Sementara fenomena yang terjadi guru duduk manis sambil memainkan gadget yang seolah-olah tidak bisa lepas dari tangannya. Komentar yang luar biasa kadang terucap dari mulutnya secara teroritis dan idealis, namun pada kenyataannya adalah nol. Membiarkan siswa yang tidur dikelas hingga sampai mengorok atau mendengkur. Tiduran dibawah meja dan seringnya keluar ruangan hanya untuk menghilangkan kesuntukan dan kejenuhan belaka. Pembelajaran yang tiidak inovatif atau Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Inovatif (PAKEMI ) tidak lagi dilakukan. Padahal kegiatan pelatihan pembelajaran dan pengembangan kurikulum sering diikuti bahkan kadang tidak sedikit memakan biaya operasional sekolah (BOS). Namun, seolah kegiatan itu seolah-olah tidak ada gunanya dan terkesan mubadir.
Dalam tulisan ini mungkin penulis menyebutnya sebagai guru "Abal-Abal" dalam arti yang luas adalah guru yang sudah meninggalkan ruhnya sebagai pendidik seperti tertulis dalam undang-undang sisdiknas di atas. Pengharapan terhadap reward dari pemerintah selalu menjadi tuntutan utama terutama "Tunjangan Profesi Pendidik" atau lebih-lebih "Inpassing". Intinya hampir dapat ditarik kesimpulan secara umum masih bersifat materialistis. Gaji kecil sering menjadi alasan klasik mengapa para guru ini tidak mau mengembangkan kreativitas dan inovasinya demi sang murid. Datang terlambat ke kelas atau melakukan hal yang seharusnya menjadi panutan siswa seperti merokok di lingkungan sekolah. Semua terjadi seolah-olah oleh mereka dianggapnya biasa padahal jika dilihat dari istilah jawa GURU itu di gugu dan ditiru. Bagaimana bisa menciptakan out put luar biasa dan super jika pendidiknya menganggap keterlambatan dan tidur dikelas, kotornya lingkungan belajar sudah dianggap biasa. Mereka berpikiran "Sing penting aku sertifikasi, urusan ngajar biasa saja yang penting kepala sekolah tidak menuntut". Ini bukti kelemahan sebuah kepemimpinan dalam oraganisasi.
Mari sedikit berkaca dengan kepemimpinan Bapak Abdul Djalil yang diutus oleh pemerintah kota Malang untuk mengolah sebuah lembaga Madrasah Ibtidaiyah kecil di Jl. Bandung Kota malang. dengan gaya kepemimpinan beliau yang langsung "Memberi contoh" kepada yang dipimpin. Hasil dua tahun berikutnya suatu kejutan yang luar biasa dengan keberhasilan disetiap komponen. Dengan menggunakan sistem Total Quality Management (TQM) yang menganggap semua komponen mulai buttom up digarap dan diberikan contoh yang sebenar-benarnya. Kemudian beliau dimutasi ke lembaga MTsN sampai akhirnya ke lembaga MAN 3. Seandainya kita sedikit mencontoh beliau mungkin banyak lembaga yang berhasil. Demikian guru seharusnya tiada henti, tiada lelah memperhatikan siswa-siswanya siang atau pun malam sampai menjadi orang yang diharapkan. Oleh karena itu guru sebagai bayonett dalam menegakkan integritas pendidikan. Segera hentikan perbuatan yang menimbulkan ekses kurang baik terhadap siswa dengan meremehkan tugas keprofesionalan seorang guru.
Kadang-kadang penulis juga heran, ketika dalam forum diskusi formal tentang pendidikan dan kesiswaan, sungguh "WOW" dan luar biasa dalam beropini. Semuanya seolah-olah menjadi guru profesional beneran dalam menjalankan tugasnya. Tetapi ketika diskusi berakhir, maka berakhir pula kinerjanya sebagaimana yang didiskusikan tadi. Tidak ada tindak lanjut terutama implementasi yang super inovasi. Sebuah ungkapan terhadap guru yang berlabel abal-abal ini adalah NATO yang di artikan sebagai No Act Talk Only (Tidak ada tindakan hanya omongan doang). Dengan dandanan seperti artis membawa tas mini berangkat ke sekolah tanpa ada persiapan sama sekali. Rencana Program Pembelajaran (RPP) hanyalah sebuah ilusi tanpa makna dan arti. Sebagai syarat administrasi guna pemberkasan sertiifikasi.
Maka siswalah yang akan menjadi korban pertama dari sikap guru abal-abal ini. Siswa akan mengalami kegagalan mental dan pisik ketika guru sudah tidak bertanggung jawab pada profesinya. Kehilangan sebagaian bahkan keseluruhan dari ruh yang berfungsi sebaga pilar tegaknya integritas mengajar di sekolah. Belum lagi sistem penilaian yang amburadul dan terkesan Ngaji alias Ngarang Biji. Tentu ini adalah kebohongan publik yang luar biasa bagi lingkungan masyarakat. Ketidak cerdasan guru dalam mengatur administrasi pnilaian, pembuatan rubrik penilaian masih jauh dari fakta dan aturan kurikulum 2013. Parameter penilaian yang ada di rubrik guru belum mengarah pada ranah Parameter penilaian indikator yang diukur pada RPP. Padahal dalam KI.1 dan KI. 2 sangat jelas apa saja yang akan diukur pencapaiannya dan menggunakan instrumen apa kita dalam penilaian tersebut. Guru abal-abal tak sanggup untuk menterjemah kannya. Bahkan kurikulumnya yang dipersalahkan terlalu jelimet, padahal dia sendiri tak mampu melakukankannya. Penilaian sikap spiritual dan sosial adalah bentuk nilai diskripit yang membutuhkan indikator pencapaiannya. Banyak orang tua yang tertipu akibat ulah sikap malas dan tidak peduli dari guru abal-abal ini.
Pembicaraan demi pembicaraan tak terlepas jauh dari uang dan uang terus; Bicara masalah yang satu bagaikan seorang profesor mengajarkan mata kuliah perekonomian, luar biasa sekali. Semoga ke depan akan semakin sadar dan memahami betapa mulianya tugas guru dalam mensiarkan ilmu pengetahuan. Sebab, keberhasilan siswa tidak terlepas dari usaha yang keras dari seorang guru dan diiringi keikhlasan berdo'a demi siswa semata.

0 komentar:

Posting Komentar