Berikan Pendapat Anda tentang WI Berikan komentar positif dan santun demi pengembangan konten yang lebih menarik serta lebih faktual dengan berita ilmu yang bermanfaat bagi kita semua pada tahap selanjutnya, untuk partisipasi anda semua saya ucapkan Terimakasih

SEPUTAR PERUBAHAN SOSIAL

TUGAS MAKALAH PERUBAHAN SOSIAL


DI SUSUN OLEH 
SAIFUL ARIF 
080519010257 


BAGAIMANAKAH KEBUDAYAAN ITU BERWUJUD?

Kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, ialah: 
  1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kornpleks dari idee-idee, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
  2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
  3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia 
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. sifatnya abstrak, tak depat diraba atau difoto. Lokasnya ada di kepala-kepala, atau dangan perkataan lain. dalam alam pikian dari warga.rnasyarakat di rnana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup Kalau warga rnasyarakat tadi menyatakan gagasan mereka itu dalam tulisan maka lokasi dad kebudayaan ideal sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat yang bersangkutan. Sekarang kebudayaan Ideal juga banyak tersimpan dalam disk, tape, arsip koleksi rnicrofilm den microfish kartu computer, disk, silinder, dan tape computer. Kebudayaan ideal in! dapat kits sebut adat tata kelakuan, Beau secara singkat adat dalam arti khususatau adat-istiadat dalam bentuk jamaknya. Sebutan tata-ketakuan itu, maksudnya menunjukkan bahwa kebudayaan ideel itu biasanya juga berfungsi sebagai tata-kelakuan yang mengatur mengendali dan mem Wujud kedua dari kebudayaan yang sering disebut sistem social, mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia-mariusia yang berinteraksi berhubungan, serta bergaul satu dengan lain, yang dari detik ke detik, dari hari ke hari dan dari tahun ke tahun, selalu mengikuti pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata-kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia-manusia dalam suatu masyarakat, maka sistem sosial itu bersifat konkret terjadi di sekeliling. kita sehari-hari, bisa diobservasi difoto, dan didokumentasi. Wujud ketiga dad kebudayaan disebut kebudayaan fisik, dan memerlukan keterangan banyak. Karena merupakan seluruh total dari hasil fisik dari aktivitias, perbuatan, dan karya semua rnanusia dalam m~kat, maka sifatnya paling konkrett dan berupa benda hal yang dapat diraba, Ada benda-benda yang amat besar seperti suatu pabrik baja; ada benda-benda yang amat komplek dan sophisticated seperti suatu computer berkapasitas tinggi; atau benda-benda yang besar dan bergerak seperti suatu perahu tangki-minyak; ada benda-benda yang besar dan indah.

APAKAH BEDA ANTARA ADAT, KEBUDAYAAN DAN PERADABAN

Adapun istilah peradaban dapat kita sejajarkan dengan kata asing civitization. Istilah ltu biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah, seperti: kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan-santun dan sistem pergaulan yang. komplex dalam suatu masyarakat dengan struktur yang kornplex. sering juga istilah peradaban dipakai untuk menyebut suatu kebudayan yang mempuya sistem teknologi, seri bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan komplek tingkat pertarna adalah lapisan yang paling abstrak dan dan luas lingkupnya. Tingkat ini adalah ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernil.ii dalam kehidupan rnasyarakat. Konsepsi-konsepsi serupa itu blasanya luas dan kabur; tetapi walaupun demikian atau juntru karena kabur dan tidak rasional.

APAKAH PRANATA KEBUDAYAAN?

Adapun pranata atau institution itu mengenai kelakuan berpola dari manusia dalam kebudayaannya. Mohon perhatian dari para pembaca, bahwa  adanya tiga wujud dari kebudayaan itu, ialah: 
  1. wujud ideel
  2. wujud kelakuan,
  3. wujud fisik dari kebudayaan. 
Seluruh total dari kelakuan manusia yang berpola, tentu bisa kita perinci menurut fungsi-fungsi khasnya dalam memenuhi kobutuhan-kebutuhan thidup manusia dalam masyarakatnya. Suatu sistem aktivitas khas dari kelakuan berpola (wujud kedua dari kebudayaan) beserta komponen-komponennya, ialah sistem norma dan tata kelakuannya (wujud pertama dari kebudayaan) dan peralatannya (wujud ketiga dari kebudayaan), ditambah dengan manusia atau personel yang melaksanakan kelakuan berpola, itulah yang merupakan suatu pranata atau institution. Apakah ada suatu. daftar standar yang lengkap,yang dapat memberikan suatu pandangan menyeluruh dari semua pranata yang ada dalam kebudayaan manusia itu? Suatu daftar serupa itu biasanya termaktub dalam buku-buku pelajaran sosiologi. Namun, daftar-daftar dari berbagai buku pelajaran biasanya juga berbeda sifatnya. Jadi sebenarnya tidak ada. suatu daftar.yang baku. Hanya saja kalau daftar-daftar itu kita teliti dengan saksama, maka berbagai macam daftar panjang. darti pranata-pranata Itu dapat digolong-golongkan demikian rupa sehingga jumlahnya dapat diperkecil menjadi suatu daftar dari tujuh sampai sepuluh golongan pranata, yang bentuknya akan menyerupai daftar dari ketujuh unsur kebudayaan universal ialah unsur-unsur kebudayaan yang pasti ada dalam tiap kebudayaan di mana pun juga. di muka bumi ini), yang telah saya sebut dalam karangan pertama dari seri ini. 
  1. Pranata yang betujuan memenuhi kebutuban kehidupan kekerabatan, ialah yang sering disebut kinship atau domestic konstitutions. Contoh: pelamaran, perkawinan, poligaini, pengasuhan kanak-kanak. perceraian dan sebagainya. 
  2. Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk pencarian hidup, memproduksi, menimbun dan mendistribusi harta dan benda, ialah economic institutions. Contoh: pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme, industri. barter, koperasi, penjualan dan sebagainya.
  3. Pranata--pranata yang bertujuan memenuhi kebututhan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna, ialah cducationinstitusi. Contoh., Pengasuhan kanak-kanak, pendidikan rakyat, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pemberantasan, buta huruf, pendidikan keagamaan, pers, perpustakian umum dan sebagainya. 
  4. Pranata-pranata yang betujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, rnenyelami alam semesta sekelilingnya, ialah scientific institutiohs. Contoh: rnetodik ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah dan sebagainya. 
  5. Pranata-pranatata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia menyatakan rasa keindahannya, dan untuk rekreasi, ialah aesthetic and recreationalitstitution. Contoh: seni rupa, seni suara, seni gerak, seni drama, kesususteraan, sport dan sebagainya.
  6. Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan denganTuhan atau dengan alam gaib ialah religious institutions. Contob: gereja, doa, kenduri, upacara. penyiaran agama, pantangan, ilmu gaib dan sebagainya
  7. Pranata--pranatata yang bertitikan  kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara, ialah political institut. Contoh: Pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan, dan sebagainya. 
  8. Pranata-pranatu yang. mengurus kebutuhan jasmani dari manusia. ialah suritatic institutins. Contoh: pemelitiaian kecantikan, memelihara kesehatan. kedokteran dan sebagainya.

APAKAH BEDA ANTARA ADAT DAN HUKUM ADAT 

Berdasarkan pengertian yang dicapai tadi, Pospisil kemudian mengembangkan teorinya dengan-mengadakan Suatu usaha perbandingan secara cross-cultural, terhadap kasus-kasus hukurn yang serupa dalam 32 kebudayaan lain dari berbagal daerah yang tersebar luas di muka burni (bahan ini tentu tidak dikurnpulkannya dengan mengunjungi ke-32 daerah itu senairi, tetapi dari studi di perpustakaan dan dengan mempergunakan arsip etnografi yang terkenal dengan nama Human Retations Area Files). Hasil dari komparatif yang amat luas tadi adalah suatu teori tentang batas antara adat dan hukum adat yang singkatnya berbunyi sebagai berikut:
  1. Hukum adalah suatu aktivitas di dalam rangka suatu kebudayaan yang mempunyai fungsi pengawasan sosial. Untuk membedakan suatu aktivitas ltu dari aktivitas-aktivitas kebudayaan lain yang mempunyai fungsi serupa dalam sesuatu masyarakat, seorang peneliti harus mencari, akan adanya empat ciri dari hukum, atau atribut of Law.
  2. Attribute yang terutarna disebut afflibute of authority (sumpal di sini teori Pospisil tak berbeda. Dengan teori Ter Haar). Atribut otoritas menentukan bahwa aktivitas kebudayaan.yang disebut hukurn itu adalah keputusan-keputusan melaluhi suatu mekanisme yang diberi kuasa dan pengaruh dalam masyarakat
  3. Attribute yang kedua disebut attribute of intention of universal application. Atribut ini menentukan bahwa keputusan-keputusani dari pihak yang-berkuasa itu harus dimaksudkan sebagai keputusadkeputusan yang mempunyal jangka waktu panjang dan yang harus dianggap berlaku juga- terhadap peristiwa-peristiwa yang serupa dalam masa yang akan datang.
  4. Attribute yang ketiga disebut attribute of intention. atribut ini menentukan bahwa keputusan-kepatusan dari pemegang kuasa itu harus mengandung perumusan dari keajiban pihak ke satu terhadap pihak kedua, tetapi juga hak dari pihak kedua yang harus dipenuhi oleh pihak kesatu. Di dalam hal ini pihak kesasi dan pihak kedua harus terdiri dari individu-individu yang hidup

APAKAH SISTEM NILAI BUDAYA

Sebagai bagian dari adat-istiadat dan wujud ideel dari kebudayaan. sistem nilai-budaya seolah-olah berada di luar dan di atas para individu yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan. Para individu itu sejak kecil telah diresapi dengan nilai-niia budaya yang hidup dalam masyarakatnya sehingga konsepsi-konsepsi itu sejak lama telah. berakar sejak lama dalam jiwa mereka. Istilah kedua ialah sikap Mental. walaupun sering dikacaukan dengan istilah sistem nilaibudaya sebenarnya mempunyai arti yang sama sekali berlainan. Istilah ketiga, ialah mentalitas bukan istilah buat suatu konsep ilmiah dangen suatu arti yang ketat. Istilah itu adalah suatu istilah sehari-hari dan biasanya diartikan sebagai: Keseluruhan dari is! serta kemampuan alam pikiran dan alam jiwa manusia dalam hal menaggapi lingkugannya

APAKAH MENTALITAS PEMBANGUNAN?

Suatu mentalitas yang menilai tinggi mutu dan ketelitian itu sebenarnya memerlukan suatu orientasi nilai-budaya yang menilai tinggi hasil dari karya manusia. Sasaran orientasi dari karya seharusnya merupakan hasil dari karya itu sendiri dan bukan misalnya hasil berupa harta untuk dikonsumsi atau hasil berupa kedudukan sosial yang menambah gengsi tujuan orientasi dari karya demi hasil karyanya dan kepuasan dari karya itu sendiri adalah apa yang oleh seorang ahli psikologi bernama dc McClelland, disebut achievement orientation lihat misalnya bukunya yang terkenal. The Achieving Society. New York. The mcmillan Company, 1961 dengan singkat: Suatu bangsa yang hendak mengintensifkan d usaha untuk pembangunan harus berusaha agar banyak dari warganya lebih menilai tinggi orientasi ke masa depan, dan dernikian bersifat hemat untuk bisa lebih teliti memperhitungkan hidupnya di masa depan lebih..nenilai tinggi hasrat explorasi untuk mempertinggi kapasitas berinovasi lebih menilai tinggi orientasi ke arah achievement dari karya; dan akhirnya,menilai tinggi mentalitas berusaha atas, kemampuan sendiri, percaya kepada diri sendiri, berdisiplin murni dan berani bertanggung jawab).

APAKAH KELEMAHAN MENTALITAS KITA UNTUK PEMBANGUNAN?

Orang desa biasanya bekerja dalam sektor pertanian, dan. mentalitas mereka adalah suatu mentalitas yang khas, yang kita sebut.saja mentalitas petani. Sebaliknya, orang kota bekerja sebagai buruh, pedagang, usahawan atau pegawai. Baik kelas buruh maupun kelas pedagang.dan usahawan masih lemah, sehingga kehidupan kota~dikuasai oleh kelas pegawai yang Amat bergengsi, dan mentalitas penduduk kota didorninasi oleh mentalitas pegawai (di kota-kota di Jawa Tengah dan Timur oleh mentalitas priyayi). Orang ABRI yang berkuasa di kota-kota dapat disamakan dengan pegawai, baik dalam sifat pekerjaan mereka, maupun dalam gaya.hidup dan mentalitas mereka. Dalam hal. membicarakan kelemahan-kelemahan dalam mentalitas kita untuk pembangunan, perlu dibedakan antara dua hal, ialah
  1. Konsepsi-konsepsi, pandangan-pandangan dan sikap mental terhadap lingkungan kita, yang sudah lama mengendap dalam alam pikiran kita, karena terpengaruh atau bersumber lepada sistem nilai-budaya kita Sejak beberapagenerasi yang lalu; dan
  2. Konsepsi-konsepsi, pandangan-pandangan dan sikap mental terhadap lingkungan kita. Yang baru timbul sejak zaman revolusi, dan yang sebenarnya tidak bersumber pada sistem nilai budaya kita. Tulisan ini akan memfokus dahulu terhadap hal yang tersebut pertama, dan didalam hal itu akan di pergunakan kerangka kluckhohn mengenai masalah –masalah pokok dalam hidup yang menjadi orientasi dari sistem nilai budaya manusia.

APAKAH KELEMAHAN MENTALITAS KITA YANG TIMBUL SESUDAH REVOLUSI?

Dalam rangka menjawab pertanyaan yang kini sering diajukan orang, ialah pertanyaan mengenai.. "Apakah sebenarhya sifat kelemahan dari mentalitas kita untuk pernbangunan?" saya telah membicarakan beberapa dari sifat kelemahan itu dalam karangan yang lalu. Sifat-sifat yang saya sebutkan dalam karangan yang lalu itu adalah sifat-sifat kelemahan dari mentalitas kita yang sudah ada sejak larna dalam sistem nilai budaya kita yang tradisional. Dalam karangan ini akan saya sebutkan sifat-sifat kelemahan dari mentalitas kita yang baru timbul dalam zarnan sesudah revolusi.

AKIBAT REVOLUSI 

Kita memang patut bangga dan kagum atas semangat spontan dari rakyat dan para pejuang kemerdekaan, yang dengan suatu revolusi fisik telah berhasil rnencapai suatu tahap yang konkret dalam proses pembentukan bangsa kita, ialah suatu negara yang berdaulat, suatu rasa harga diri sebagai bangsa, dan suatu hasrat untuk bersatu sobagai landasan kuat guna pembinaan lebih lanjut'dari proses meingintegrasi kebudayaan dan nasion Indonesia Sebaliknya, revolusi kita, serupa dengan semua revolusi yang pernah terjadi dalam sejarah manusia, telah membawa akibat-akibat post-revolusi berupa kerusakan-kerusakan fisik dan mental, dalam rnasyarakat bangsa kita. Sifat-sifat kelemahan tersebut, yang bersumber pada kehidupain penuh keragu-raguan dan kehidupan tanpa pedoman dan tanpa orientasi yang tegas itu adalah: (1) Sifat mentalitas yang meremehkan mutu; (2) Sifat mentalitas yang suka menerabas: (3) Sifat tak percaya pada diri sendiri: (4) Sifat tak berdisiplin murni dan (5) Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. 

APAKAH ORIENTASI VERTIKAL, ITU COCOK DENGAN PEMBANGUNAN?

Sifat-sifat kelemahan dari mentalitas kita yang baru timbul dalam zaman sesudah revolusi. Di antara sifat-sifat tersebut terakhir ini ada tiga sifat yang walaupun merupakan suatu sirat post-revolusi, toh dapat dikembalikan juga pada suatu nilai-budaya yang tradisional dalam adat istadat kita, ialah nilal-nilai-budaya yang terlampau banyak terorientasi vertikal terhadap pembesar, orang-orang berpangkat tinggi, dan orang-orang tua dan senior. Kecuali itu ketiga sitat kelemahan itu adalah: (1) sifat tak percaya kepada diri sendiri; (2) sifat tak berdisiplin murmi; dan (3) sitat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab sendiri 

APAKAH GOTONG ROYONG ITU SEBENARNYA

Konsep gotong-royong yang kita nilai tinggi itu merupakan suatu konsep yang erat sangkut-pautnya dengan kehidupan rakyat kita sebagai petani dalam rnasyarakat Agraris. Istilahnya istilah Jawa, tetapi rupa-rupanya tidak terlalu tua. Menurut ahli bahasa jawa Kuno dan lexikograf ulung kita, Prof. Zoetmulder, tentang soal itu. Beliau berkata bahwa dalam seluruh kesusasteraan Jawa baru istilah itu tidak ada.

GOTONG-ROYONG DALAM BERCOCOK TANAM

Dalam. kehidupan masyarakat desa di Jawa, gotong-royong tnerupakan suatu sistem pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga, untuk mengisi kekurangan tenaga masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi bercocok tanam di sawah. untuk keperluan itu dengan adat sopan-santun yang sudah tetap, seorang petani meminta beberapa orang lain sedesanya, misalnya untuk membantunya dalam nempersiapkan sawahnya untuk masa penanaman.

APAKAH NILAI GOTONG ROYONG ITU MENGHAMBAT PEMBANGUNAN?

Untuk menjawab pertanyaan itu perlu diidentifikasi dulu dengan tajam konsep "nilai gotong-royong". Nilai yang merupakan latar belakang dari segala aktivitas tolong-menolong antara warga sedesa, yang telah diuraikan dalam Misan yang Ialu dalam seri ini, harus dikelaskan dalam golongan nilai-nilai-budaya yang mengenai masalah dasar MM (hakekat hubungan manusia dengan sesamanya). Dalam sistem nilai-budaya orang Indonesia nilai itu mengandung empat konsep, ialah: 
  1. Manusla itu tidak hidup sendiri di dunia ini, tetapi. dikelilingi oleh kornunitasnya, rnasyarakatnya, dan alarn semesta sekitarnya. Di dalam sistem makrokosmos tersebut ia merasakan dirinya hanya sebagalisuatu unsur kecil saja, yang ikut terbawa oleh proses peredaran alam semesta yang mahabesar itu. 
  2. Dengan demikian dalam segala aspek kehidupannya manusia pada hakekatnya tergantung kepada sesamanya. 
  3. Karena itu ia harus selalu berusaha untuk sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesamanya terdorong oleh jiwa sama-rata, sama rasa, 
  4. Selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat konfrom, berbuat sama dan bersama dengan sesamanya dalam komunitas, terdorong oleh jiwa sama-tinggi-sama-rendah. Apa yang disebut demokrasi dalam masyarakat pedesaan di Jawa bukan demokrasi yang berdasarkan konsep sarna-tinggi-sarna-rendah, tetapi mengenai prosedur untuk mengambil keputusan-keputusan dalam rapat-rapat desa (ialah prosedur berapat yang disebut musyawarah). Kalau apa yang dimaksud dengan gotong-royong itu adalah sistem kerja bakti, maka mungkin rnalahan bisa menunjang pernbangunan. Hanya saia soalnya adalah bahwa sistem itu tak sesuai lagi dengan ethik zarnan sekarang. Hal itu karena membangun berdasarkan gotong-royong kerja bakti itu, sebenarnya adalah membangun dengan mengeksploitasi tenaga murah rakyat (menjadi berbau feodal dan kolonial). Lain halnya kalau rakyat mengerjakan suatu proyek berdasarkan gotong-royong dengan rasa rela karena yakin bahwa proyek itu bermanfaat bagi mereka. Barulah mereka akan melakukan kerja bakti dengan sungguh-sungguh dan bukan kerja rodi.

APAKAH ADA NILAI TRADISIONAL YANG BISA MENDORONG PEMBANGUNAN?

Pertarna-tarna nilai-budaya kita (dari semua suku bangsa) yang berorientasi vertikal ke arah atasan, yang dalam karangan karangan yang talu dalam bunga rampai ini telah saya. tanggapi secara negatif, tentu ada aspek positifnya. Cara memecahkan kontradiksi itu adalah dengan rnenanamkan nilai-nilai yang lebih terorientasi terhadap kemampuan sendiri (jadi kurang menanamkan sifat ketergantungan kepada atasan) kepada generasi anak-anak.kita, tetapi menarik manfaat dari aspek positif yang ada pada nilai-budaya itu untuk generasi kita (yang sudah terlanjur dijiwai oleh nilai itu). Aspek positif dari nilai-budaya itu adalah bahwa ia dapat memudahkan taktik untuk mengajak rakyat berpartisipasi dalam pembangunan dengan cara memberi contoh. Asalkan banyak pembesar dan pemimpin mau hidup sederhana dan hernat, maka rakyat di bawahnya akan turut hidup sederhana dan hemat asal saja banyak pembesar dan pernimpin sendiri mau hidup ketat berdisiplin, menaati hukum dan aturanaturan, maka rakyat di bawahnya akan turut hidup ketat berdisiplin, menaati hukum dan aturan-aturan.

BAGAIMANAKAH CARANYA MEMBINA MENTALITAS PEMBANGUNAN?

Sebenarnya harus kita ingat kembali bahwa mentalitas pembangunan itu, seperti apa yang pernah saya bicarakan dalam salah satu karangan yang lalu didalam seri ini,. mewajibkan sebagai syarat suatu nilai-budaya yang berorientasi ke masa depan, suatu sifat hemat, suatu hasrat untuk bereksplorasi dan berinovasi, suatu pandingan hidup yang menliai tinggi achievement dari karya, suatu nilai-budaya yang kurang berorientasi vertikal, suatu sikap lebih percaya kepada kemampuan sendiri, berdisiplin murni dan berani bertanggung jawab sendiri. Sifat-sitat itu belum secara. mantap berada dalam mentalitas dari sebagian besar bangsa kita. Bertambah pula bahwa terutama sesudah zaman revolusi sifat-sifat seperti tak percaya kepada kemampuan sendiri, mengendornya disiplin, dan berkurangnya rasa bertanggung jawab, makin menjadi buruk sedangkan di samping itu timbul sifat-sifat mentalitas lemah ialah seperti, menghilangnya rasa kepekaan terhadap mutu. dan "mentalitas-mentalitas." Jelaslah bahwa banyak yang masih harus kita robah kalau kita hendak mengatasi penyakit-penyakit social Budaya yang parah sepert krisis otoritas, kemacetan administrasi dan korupsi menyeluruh yang sekarang mengganas dalam masyarakat kita itu. caranya merobah mentalitas lemah itu dan membangun suatu mentalitas yang berijiwa pembagunan? Menurut hemat saya ada empat jalan. ialah:
  1. Dengan memberi contoh yang baik. 
  2. Dengan memberi perangsang. perangsang yang cocok..
  3. Dengan persuasi dari penerangan, dan 
  4. Dengan pembinaan dan pengasuhan suatu generasi yang baru untuk masa yang akan datang sejak kecil, dalam kalangan keluarga.  

0 komentar:

Posting Komentar